REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Biro Anti-Korupsi Nasional Ukraina (NABU) mencurigai taipan Ihor Kolomoisky terlibat dalam penggelapan dana sebesar 250 juta dolar AS. Dugaan ini berpotensi memberikan pukulan baru terhadap salah satu orang terkaya di negara itu.
Otoritas antikorupsi Ukraina mengatakan dalam sebuah pernyataan, enam orang diduga menggelapkan 9,2 miliar hryvnia dari pemberi pinjaman PrivatBank. Mereka tidak menyebutkan nama tersangka, tetapi mengunggah foto buram seorang pria yang mirip Kolomoisky.
NABU mengatakan, telah memberi tahu mantan pemilik manfaat utama PrivatBank dan lima anggota kelompok yang diorganisirnya tentang dugaan penggelapan. Pemilik penerima manfaat utama bank tersebut pada bulan Januari-Maret 2015 mengembangkan rencana untuk menyita dana bank guna membiayai lebih lanjut perusahaan luar negeri yang dikendalikan dan meningkatkan kepemilikannya sendiri di modal bank.
Kondisi ini membuat bank tersebut secara artifisial diwajibkan membayar lebih dari 9,2 miliar hryvnia kepada perusahaan yang dikendalikan tersebut. Pembayaran ini dilakukan dengan dalih diduga membeli kembali obligasinya sendiri dengan nilai yang meningkat. NABU menambahkan, bahwa ini adalah episode keempat dalam kasus penyelewengan dana PrivatBank.
//Reuters// tidak dapat segera menghubungi Kolomoisky atau pengacaranya untuk memberikan komentar. Namun langkah ini tampaknya merupakan upaya terbaru Kiev untuk menghancurkan pengaruh politik pengusaha kaya itu.
"Baiklah kita mulai: NABU telah memberi tahu Kolomoisky tentang adanya kecurigaan," kata anggota parlemen Ukraina Yaroslav Zheleznyak mengutip pernyataan tersebut pada Kamis (7/9/2023).
Kolomoisky adalah mantan pemilik PrivatBank yang dinasionalisasi pada akhir 2016 sebagai bagian dari pembersihan sistem perbankan. Dia merupakan salah satu taipan yang membangun kekayaannya dari sisa-sisa Uni Soviet dan mengumpulkan kekuatan politik di negara demokrasi Ukraina.
Pengadilan memerintahkan Kolomoisky ditahan selama dua bulan pada pekan lalu. Perintah ini karena dugaan penipuan dan pencucian uang. Hal ini memberinya pilihan untuk memberikan uang jaminan, tetapi pengacaranya mengatakan dia tidak akan melakukan hal itu.
Kolomoisky berada di bawah sanksi Amerika Serikat (AS) dan pernah menjadi pendukung Presiden Volodymyr Zelenskyy pada 2019. Tindakan pemberontakannya terjadi ketika Kiev mencoba memberi sinyal kemajuan dalam tindakan keras terhadap korupsi di masa perang yang penting bagi kemungkinan bergabung dengan Uni Eropa.
Para pejabat Ukraina juga mengatakan, “de-oligarisasi” adalah langkah penting untuk membangun negara yang lebih kuat setelah perang dengan Rusia.