REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Inggris telah menandatangani kontrak senilai 4 miliar poundsterling atau setara Rp75,6 triliun untuk membiayai pembangunan kapal selam serang bertenaga nuklir generasi berikutnya, yakni SSN-AUKUS. Kapal tersebut dipandang menjadi upaya Inggris, bersama dua sekutunya di AUKUS, yakni Amerika Serikat (AS) dan Australia, untuk mengungguli kekuatan maritim Cina di kawasan Asia-Pasifik.
“Kapal selam akan memberdayakan Angkatan Laut Kerajaan Inggris untuk mempertahankan keunggulan strategis kita di bawah laut,” kata Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps dalam konferensi tahunan Partai Konservatif di Manchester, Ahad (1/10/2023).
Kontrak pembangunan kapal selam generasi baru SSN-AUKUS melibatkan perusahaan BAE Systems, Rolls-Royce, dan Babcock. Dalam pernyataan terpisah, BAE Systems mengatakan, SSN-AUKUS akan menjadi kapal selam terbesar, terkuat, dan tercanggih yang dipasok ke Angkatan Laut Kerajaan Inggris atau biasa disebut Royal Navy.
BAE Systems mengungkapan, lebih dari 5.000 orang bakal direkrut dalam proses pembangunan kapal selam SSN-AUKUS. Kapal akan dibangun di Barrow-in-Furness di Inggris utara. Contoh pertama kapal selam tersebut dijadwalkan dikirim pada akhir 2030-an.
Pada September 2021, AS, Inggris, dan Australia mengumumkan pembentukan AUKUS. Pakta keamanan itu dipandang sebagai upaya ketiga negara untuk menandingi Cina di Pasifik.
Pada 13 Maret 2023 lalu, para pemimpin negara anggota AUKUS, yakni Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan Presiden AS Joe Biden mengadakan pertemuan di San Diego, California.
Pada kesempatan itu, Albanese mengumumkan bahwa negaranya akan membeli kapal selam nuklir buatan AS. “(Ini) merupakan investasi tunggal terbesar dalam kapabilitas pertahanan Australia dalam sejarah kami,” ujar Albanese.
Selain perihal pembelian, Albanese mengungkapkan bahwa Australia, Inggris, dan AS juga sepakat membangun kapal bertenaga nuklir model baru dengan teknologi dari AS dan Inggris. Sementara itu, Joe Biden menekankan bahwa kapal selam bertenaga nuklir tidak memiliki senjata nuklir.
“Kapal-kapal ini tidak memiliki senjata nuklir apa pun,” ucapnya dalam konferensi pers bersama Albanese dan Rishi Sunak di Naval Base Point Loma di San Diego.
Soal pembangunan kapal selam bertenaga nuklir, hal itu turut termaktub dalam pernyataan bersama para pemimpin AUKUS. “Bersama-sama kami akan memberikan SSN (Nuclear-Powered Submarines)-AUKUS – kapal selam yang dikembangkan secara trilateral berdasarkan desain generasi mendatang Inggris yang menggabungkan teknologi dari ketiga negara, termasuk teknologi kapal selam AS yang canggih. Australia dan Inggris akan mengoperasikan SSN-AUKUS sebagai kapal selam masa depan mereka. Australia dan Inggris akan mulai membangun SSN-AUKUS di galangan kapal domestik mereka dalam dekade ini,” demikian bunyi salah satu kalimat dalam pernyataan bersama para pemimpin AUKUS.
Mereka mengatakan, saat kemitraan AUKUS diumumkan pada September 2021, ketiga negara berkomitmen menetapkan standar non-proliferasi nuklir tertinggi.
“Rencana yang kami umumkan hari ini mewujudkan komitmen ini dan mencerminkan kepemimpinan jangka panjang kami dalam, dan menghormati, rezim non-proliferasi nuklir global. Kami terus berkonsultasi dengan Badan Energi Atom Internasional untuk mengembangkan pendekatan non-proliferasi yang menetapkan preseden terkuat untuk akuisisi kemampuan kapal selam bertenaga nuklir,” ucap mereka.
Kemunculan AUKUS sempat dikritik beberapa negara Asia Tenggara karena dikhawatirkan bakal memicu ketegangan baru. Sementara Cina dan Rusia telah berulang kali melayangkan kritik tajam terhadap AUKUS serta proyek pembangunan kapal selamnya. Beijing dan Moskow menilai, AUKUS merusak arsitektur keamanan Asia-Pasifik.