Jumat 06 Oct 2023 22:41 WIB

Nobel Perdamaian Menjadi Pencapaian Bagi Pembela Hak Asasi Perempuan di Iran

Aktivis HAM perempuan Iran memenangkan Nobel Perdamaian 2023.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Patung Alfred Nobel dipajang di Institut Karolinska di Stockholm. Narges Mohammadi, aktivis Iran, memenangkan Nobel Perdamaian 2023.
Foto: Henrik Montgomery/TT News Agency via AP
Patung Alfred Nobel dipajang di Institut Karolinska di Stockholm. Narges Mohammadi, aktivis Iran, memenangkan Nobel Perdamaian 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Direktur Institut Penelitian Perdamaian di Oslo, Henrik Urdal mengatakan, Hadiah Nobel Perdamaian yang diraih oleh aktivis hak perempuan Iran, Narges Mohammadi, sangat penting untuk merayakan pencapaian para pembela hak asasi manusia. Khususnya pembela hak-hak perempuan di Iran.

“Ini adalah penghargaan yang juga berfokus pada pengorbanan generasi muda di Iran.  Ini adalah cara untuk menggarisbawahi pengorbanan mereka dan tantangan yang dihadapi para pembela hak asasi manusia di Iran,” kata Urdal, dilaporkan Aljazirah, Jumat (6/10/2023).

Baca Juga

Direktur Interim Front Line Defenders, Olive Moore mengatakan, Hadiah Nobel Perdamaian ini merupakan pengakuan besar terhadap Mohammadi dan perempuan pembela hak asasi manusia lainnya yang mengorbankan kebebasan pribadi. Mereka dengan berani mengadvokasi perempuan Iran untuk menikmati hak asasi manusia dan kebebasan secara penuh.

Mohammadi (51 tahun) adalah salah satu aktivis hak asasi manusia terkemuka di Iran yang berkampanye untuk hak-hak perempuan dan penghapusan hukuman mati. Dia saat ini menjalani beberapa hukuman di penjara Evin yang terkenal di Teheran dengan total hukuman 12 tahun penjara. Salah satu tuduhan yang dihadapi Mohammadi adalah menyebarkan propaganda melawan negara.

Mohammadi adalah wakil kepala Pusat Pembela Hak Asasi Manusia. Ini merupakan sebuah organisasi non-pemerintah yang dipimpin oleh Shirin Ebadi, penerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2003.

Kakak laki-laki Mohammadi, Hamidreza mengatakan, dia belum pernah berhubungan dengan saudara perempuannya sejak dipenjara. Hadiah Nobel Perdamaian ini sangat berarti baginya.  Namun Hadiah Nobel sepertinya tidak akan membuat perbedaan di Iran.

“Penghargaan ini berarti bahwa dunia telah melihat gerakan ini, (tetapi) penghargaan tersebut tidak akan mempengaruhi situasi di Iran. Rezim akan menggandakan tindakannya terhadap oposisi, dan hal itu tidak akan berdampak pada rezim. Mereka hanya akan menghancurkan orang," ujar Hamidreza.

Komite Nobel Norwegia memberikan Hadiah Nobel Perdamaian kepada Mohammadi atas upayanya mempromosikan hak asasi manusia dan kebebasan untuk semua. “Perjuangannya yang berani menimbulkan kerugian pribadi yang sangat besar.  Secara keseluruhan, rezim telah menangkapnya sebanyak 13 kali, menghukumnya sebanyak lima kali, dan menjatuhkan hukuman total 31 tahun penjara dan 154 kali cambukan,” ujar Ketua Komite Nobel Norwegia, Berit Reiss-Andersen.

Mohammadi adalah wanita ke-19 yang memenangkan penghargaan berusia 122 tahun tersebut. Komite Nobel Norwegia memilih pemenang Hadiah Nobel Perdamaian paling signifikan di dunia tahun ini dari 351 kandidat, termasuk 259 individu dan 92 organisasi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement