Jumat 28 Apr 2017 12:56 WIB

Banyak Anak Aborigin Berketerbelakangan Mental tak Dapat Bantuan

Seperempat anak-anak di Cape York menderita keterbelakangan mental dan tiga perempatnya memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata.
Foto: ABC
Seperempat anak-anak di Cape York menderita keterbelakangan mental dan tiga perempatnya memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Salah satu pemimpin di komunitas Aborigin, Noel Pearson mendesak dilakukannya penyelidikan terhadap Departemen Pendidikan Queensland menyusul terbitnya laporan yang mendapati seperempat dari pelajar di beberapa komunitas Cape York menderita keterbelakangan mental tapi tidak mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.

Institut Cape York milik Noel Pearson menugaskan dua psikolog klinis untuk memeriksa anak-anak di tiga komunitas terpencil di ujung utara Queensland.

Laporan mereka, yang telah diserahkan ke Pemerintah Queensland pada Oktober lalu namun baru dibagikan ke ABC pada Kamis (27/4), menemukan, 25 persen anak-anak dikategorikan menderita keterbelakangan mental dan tiga perempat dari mereka memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa seorang gadis diperlakukan seadanya oleh pihak berwenang sementara ia sebenarnya adalah penyandang tunarungu total. Di saat para siswa dinilai sesuai kriteria Pemerintah untuk penderita gangguan intelektual, dan bantuan pendidikan, mereka tidak mendapatkannya.

Bahkan faktanya, permohonan bantuan untuk menangani siswa berkebutuhan khusus itu tidak disetujui setelah satu tahun, sementara ada bukti permohonan serupa di sekolah-sekolah independen yang segera disetujui.

"Ada kebijakan implisit yang terus berlanjut untuk menghindari dan mengabaikan pemenuhan kebutuhan siswa yang pembelajarannya dipengaruhi oleh disabilitas fisik, kognitif, sosial, atau emosional di Semenanjung Cape York dan Selat Torres," sebut laporan yang ditulis oleh Noel Pearson.

Anak-anak bermain di sekolah di Aurukun
Anak-anak bermain di sekolah di Aurukun, Cape York.

ABC News: Louisa Rebgetz

Kasus gangguan kesehatan mental tinggi

Anak-anak berkebutuhan khusus ini menderita depresi, kegelisahan dan stres pascatrauma yang jauh di atas rata-rata nasional. Mereka juga mengalami gangguan kesehatan mental yang menurun selama beberapa generasi, isolasi, penyalahgunaan alkohol dan narkoba serta kekerasan dalam rumah tangga.

Laporan berjudul Kami Hitam, Kami Tidak Penting (We’re Black, We Don’t Matter) ini merupakan bagian dari masukan terhadap penyelidikan yang sedang dilakukan Pemerintah Queensland, untuk mengkaji kebijakan negara bagian terhadap kelompok disabilitas di sekolah-sekolah umum.

Noel Pearson mendesak dibentuknya komisi penyelidikan yang akan melibatkan ahli perkembangan anak termasuk dokter anak dan psikolog.

Aurukun di Cape York dilihat dari udara
Aurkun berada sekitar 22 jam perjalanan dari kota besar Queensland.

ABC News

Psikolog klinis berbasis di Cairns, Jeff Nelson, turut menulis laporan tersebut dan memprofilkan siswa-siswa berkebutuhan khusus, dengan melihat perkembangan kognitif, sosial dan emosional mereka. Nelson, yang menggambarkan dirinya sebagai warga Aborigin telah bekerja di berbagai komunitas di seluruh Australia. Ia mengatakan, hasil serupa juga ditemukan di masyarakat Aborijin di Wilayah Utara Australia dan Australia Barat.

Dia mengatakan, masih banyak hal yang perlu dilakukan di sekolah-sekolah, termasuk penilaian individu dan perencanaan kurikulum, serta program kesehatan yang berkaitan dengan trauma.

"Pemerintah Australia berfokus untuk menutup kesenjangan, tapi jika Anda memperhatikan kesenjangan dalam hal keterkungkungan dan semua perilaku yang tidak ingin kita bicarakan," katanya.

"Saya yakin jika kita menjalankan pembangunan dengan benar dan menyediakan layanan pada waktu yang tepat, kita tidak akan mengalami kesenjangan yang bisa kita bincangkan dalam dua generasi mendatang."

Diterjemahkan pada pukul 14:45 WIB, 27/4/2017 oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/banyak-anak-aborijin-di-cape-york-menderita-keterbelakangan-men/8478010
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement