Senin 19 Mar 2018 07:04 WIB

Najib: Rohingya Bisa Jadi Ladang Terorisme Baru

Masalah Rohingya tidak bisa lagi dilihat hanya dari sisi kemanusiaan.

Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Razak.
Foto: Reuters
Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Razak.

REPUBLIKA.CO.ID, Laporan wartawan Republika, Stevy Maradona dari Australia

SYDNEY -- Perdana Menteri Malaysia Najib Razak melempar pernyataan keras terkait krisis Rohingya di panggung ASEAN-Australia Special Summit 2018. Najib yang berbagi panggung dengan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull, mengatakan situasi di Myanmar bisa menjadi ladang baru bagi terorisme di Asia Tenggara.

Najib menekankan, masalah pengungsian Rohingya bukan lagi sekadar masalah domestik Myanmar. Masalah pengungsi Rohingya pun, sambung dia, juga tak bisa lagi dilihat hanya dari sisi kemanusian.

Masalah Rohingya, kata Najib, sudah saatnya dilihat sebagai masalah ancaman keamanan bagi wilayah ASEAN. "Rakhine dengan orang-orang yang terbuang dan putus asa, tidak punya masa depan, bisa menjadi lahan subur bagi radikalisasi dan rekrutmen ISIS dan kelompoknya," kata Najib, Sabtu (17/3), dalam forum yang membahas masalah kontraterorisme ASEAN-Australia.

Najib melanjutkan dengan situasi demikian maka respons pemerintah di ASEAN menjadi penting. Najib berharap negara-negara ASEAN bisa mencegah kemungkinan terorisme dari Rohingya itu. Karena itu ia menganjurkan sangat penting bagi negara anggota ASEAN untuk memiliki kebijakan pencegahan aksi terorisme, ketimbang bertindak pascakejadian terorisme.

Malaysia, sambung Najib, siap membantu terkait masalah terorisme ini. Seperti yang sudah dilakukan dalam situasi terorisme di Filipina Selatan beberapa bulan lalu. Saat Najib berpidato, Suu Kyi terlihat duduk mematung di belakang podium Naijb. Wajah Suu Kyi terlihat mengeras, menahan emosi. Namun Suu Kyi yang mengenakan baju nasional Myanmar warna hitam dan selendang merah tetap diam.

Pernyataan Najib mencerminkan situasi kontraterorisme yang saat ini tengah berjalan di ASEAN-Australia. Dua hari lalu, Menhan Indonesia Ryamizard Ryacudu, mengatakan pemerintah terus mengawasi dengan ketat pergerakan sosial media dan lalu lintas  kombatan eks ISIS yang masuk ke Filipina. Jumlah mereka ada sekitar seribu orang.

Di tempat terpisah, Menlu Indonesia, Retno Marsudi, mengatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Suhardi Alius yang ikut berbicara dalam forum menekankan dua pendekatan penting untuk mengatasi terorisme. Seperti dilaporkan wartawan Republika dari Sydney Stevy Maradona, Menlu Retno mengutip Suhardi mengatakan Indonesia fokus pada pendekatan soft power terhadap kontraterorisme, di samping hard power.

Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, dalam pidato pembukaannya di forum kontraterorisme mengutip kembali Deklarasi Bersama ASEAN-Australia untuk Kerjasama Memerangi Terorisme Internasional 2016 di Vietnam. Australia, kata Turnbull, siap bekerjasama terkait sejumlah bidang kontraterorisme, yakni: pembuatan legislasi, kerjasama pelacakan dan penegakkan hukum terorisme dan transnasional yang menggunakan perangkat elektronik, saling bertukar analisis terorisme terutama soal finansial, dan dialog antarpenegak hukum terkait cara-cara memerangi terorisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement