Rabu 23 May 2018 15:45 WIB

'Trump jadi Pengganggu Upaya Damai Dua Korea'

Trump terus menggunakan retorika yang menyudutkan Korea Utara

Teguh Santosa di rumah kelahiran pendiri Korea Utara, Kim Il Sung.
Foto: Dok Teguh Santosa
Teguh Santosa di rumah kelahiran pendiri Korea Utara, Kim Il Sung.

REPUBLIKA.CO.ID, KARAKAS -- Suasana positif ke arah perdamaian di Semenanjung Korea mulai terganggu. Sekjen Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Utara, Teguh Santosa menyampaikan gangguan itu datang dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Menurutnya, Trump terus menggunakan retorika yang menyudutkan Korea Utara. "Berbagai diksi yang disampaikan pejabat-pejabat pemerintahannya menyakiti telinga dan perasaan Korea Utara," katanya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (23/5).

(Baca: Korut Akhirnya Izinkan Wartawan Korsel Kunjungi Situs Nuklir)

Sekretaris Komite Reunifikasi Damai Korea Wilayah Asia Oceania ini mendesak agar Trump menghentikan aksi koboinya. Termasuk dalam mengeluarkan komentar-komentar yang memprovokasi dan merendahkan.

Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta ini menambahkan, latihan perang antara Korea Selatan dan Amerika Serikat di kawasan perbatasan sedikit banyak berdampak pada kelanjutan pembicaraan damai. Termasuk rencana pembicaraan antara Kim Jong-un dan Trump.

Latihan perang Max Thunder 2018 melibatkan persenjataan dan peralatan tempur canggih kedua negara. Termasuk pengerahan pesawat pengebom nuklir B-52 Stratofortress dan pesawat tempur anti radar F-22 Raptor.

Menurut Teguh, Korea Utara sudah memperlihatkan komitmen mereka untuk meredakan ketegangan dengan menyetujui denuklirisasi. Korut juga sudah menjadwalkan penutupan fasilitas nuklirnya.

"Tetapi sudah barang tentu mereka juga tidak mau menjadi sitting duck, meredakan ketegangan adalah tanggung jawab kedua pihak," kata Teguh di sela kesibukan memantau proses pemilu Venezuela.

Teguh melanjutkan, Korea Utara tidak mau dianggap berada di bawah tekanan AS. Keinginan Korea Utara konsisten yakni tidak ingin ada pihak lain yang mengintervensi pembicaraan damai.

"Bagi Korea Utara, latihan militer Korea Selatan dan AS di perbatasan adalah ancaman nyata terhadap kedaulatan dan keselamatan Korea Utara," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement