Jumat 27 Feb 2015 07:13 WIB

Harga Minyak Dunia Turun Tajam

Salah satu ladang minyak  di Zawia, sekitar 55km barat Kota Tripoli.
Foto: Reuters
Salah satu ladang minyak di Zawia, sekitar 55km barat Kota Tripoli.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia turun tajam pada Jumat (27/2) pagi WIB, karena pasar tampak mengambil petunjuk ganda dari laporan persediaan minyak AS yang menunjukkan stok minyak mentah AS mencapai rekor baru.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, menukik 2,82 dolar AS menjadi ditutup pada 48,17 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lebih dari menghapus kenaikan hari sebelumnya.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April, merosot 1,58 dolar AS menjadi menetap di 60,05 dolar AS per barel di perdagangan London.

Kedua kontrak berjangka telah melonjak pada Rabu (25/2), setelah Departemen Energi AS (DoE) melaporkan bahwa cadangan minyak mentah AS telah meningkat lebih besar dari perkiraan 8,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 20 Februari, ke rekor 434,1 juta barel.

Untuk para analis, reli pasar itu terjadi karena pedagang berfokus pada elemen positif laporan DoE untuk permintaan penurunan dalam stok bensin dan sulingan.

Tetapi pada Kamis pasar kembali mempertimbangkan fundamental dasar kelebihan pasokan global, diperparah oleh produksi AS yang tinggi dan melemahnya permintaan di tengah melambatnya ekonomi dunia.

"Saya pikir banyak dari itu hanya reaksi yang tertunda terhadap laporan (DoE) kemarin. Kami memiliki reli yang bagus, tapi saya tidak berpikir angka-angka kemarin 'bullish' sama sekali," kata analis IAF Advisors, Kyle Cooper.

Minyak mentah telah kehilangan sekitar 50 persen nilainya sejak Juni tahun lalu. "Pasar minyak global mungkin dalam proses rebalancing karena harga rendah menghambat pasokan dan mendorong permintaan, namun pasar saat ini jelas masih surplus, dengan banyak kelebihan mengalir ke persediaan AS," kata Tim Evans dari Citi Futures.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement