Sabtu 29 Apr 2017 15:38 WIB

Korea Utara Kembali Gagal Lakukan Uji Coba Rudal Balistik

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Rudal balistik DF-3 (ilustrasi)
Foto: [ist]
Rudal balistik DF-3 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara kembali melakukan uji coba rudal balistik, Sabtu (29/4). Uji coba dilakukan tidak lama setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson memperingatkan bahwa program nuklir dan rudal balistik Korea Utara dapat menimbulkan konsekuensi besar.

Militer AS dan Korea Selatan mengatakan peluncuran rudal balistik dari daerah utara ibukota Pyongyang itu, tampaknya gagal. Uji coba rudal ini menjadi uji coba keempat yang berturut-turut gagal dilakukan Korea Utara sejak Maret lalu. Pejabat militer AS yang berbicara secara anonim, mengatakan Korea Utara telah menguji rudal jarak menengah yang dikenal sebagai KN-17. Rudal tampaknya meledak dalam beberapa menit setelah lepas landas.

Militer Korea Selatan mengatakan rudal tersebut, yang diluncurkan dari wilayah Pukchang, telah mencapai ketinggian 71 km sebelum meledak beberapa menit kemudian. Peluncuran tersebut merupakan pelanggaran yang jelas terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.

Tillerson, dalam sebuah pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB terkait Korea Utara pada Jumat (28/4), mengatakan posisi pemerintahan Presiden AS Donald Trump tetap sama. Opsi telah ditetapkan jika Pyongyang bertahan untuk tetap mengembangkan progran nuklir dan rudalnya. "Ancaman serangan nuklir di Seoul atau Tokyo adalah nyata. Dan ini hanya masalah waktu sebelum Korea Utara mengembangkan kemampuan mereka untuk menyerang daratan AS," kata Tillerson. "Jika kita gagal untuk bertindak sekarang terkait masalah keamanan yang paling mendesak di dunia ini, maka akan ada bencana besar," ujarnya.

Menurut Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, yang ikut hadir dalam pertemuan itu, pemecahan masalah dengan Korea Utara tidak sepenuhnya bergantung pada Cina. "Kunci untuk memecahkan masalah nuklir di semenanjung Korea tidak hanya berada di tangan China," kata Wang.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Reuters pada Kamis (27/4), Presiden Trump mengatakan Korea Utara adalah tantangan global terbesarnya. Menurutnya, uji coba rudal balistik terbaru itu merupakan penghinaan terhadap Cina, sekutu utama Korea Utara. "Korea Utara tidak menghormati keinginan Cina dan Presidennya yang sangat kami hormati, karena telah meluncurkan rudal balistik yang gagal hari ini. Buruk sekali!" ujar Trump melalui akun Twitter pribadinya.

Peluncuran dilakukan saat kelompok perang yang dipimpin kapal induk USS Carl Vinson tiba di perairan dekat Semenanjung Korea. Kelompok perang ini akan bergabung dengan USS Michigan, sebuah kapal selam yang dilengkapi dengan rudal, yang berlabuh di Korea Selatan pada Selasa (25/4).

Korea Utara telah meningkatkan intensitas uji coba rudal dan senjata nuklir sejak awal tahun. Negara itu diyakini telah membuat beberapa kemajuan dalam mengembangkan rudal jarak menengah dan rudal yang diluncurkan dari kapal selam. AS berharap, Cina sebagai sekutu utama Korea Utara dapat memberikan tekanan untuk menghentikan kegiatan nuklir negara komunis. Namun Cina memperingatkan, AS tidak bisa terlalu bergantung pada pengaruh yang dimiliki Cina terhadap Korea Utara.

Korea Utara mengguncang dunia pada Februari lalu saat berhasil meluncurkan rudal balistik jarak menengah terbaru yang dilaporkan bisa membawa senjata nuklir. Negara itu juga berhasil menguji rudal balistik pada 6 Maret, tetapi tidak jelas apa yang menyebabkan serangkaian uji coba rudal selalu gagal sejak saat itu. Pemerintahan Trump menanggapi uji coba tersebut dengan mempercepat rencananya untuk menerapkan sanksi baru bagi Korea Utara. "Kebijakan bisa diambil dan dipercepat," kata seorang pejabat Gedung Putih.

Dewan Keamanan PBB mungkin akan mengeluarkan sebuah pernyataan untuk mengecam peluncuran rudal tersebut. Walaupun, Dewan Keamanan selama ini selalu mengecam semua peluncuran rudal yang dilakukan oleh Pyongyang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement