Ahad 30 Apr 2017 20:26 WIB

Paus Fransiskus Desak Mediasi Internasional untuk AS dan Korut

Rep: Puti Almas/ Red: Yudha Manggala P Putra
Peluncuran rudal korut.
Foto: EPA
Peluncuran rudal korut.

REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Fransiskus mendesak dilakukannya mediasi internasional atas ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut) yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Ia meminta agar negara-negara lainya turut berkontribusi meredakan masalah yang terjadi, sehingga perdamaian dan keamanan dunia dapat tercipta.

Menurut pemimpin tertinggi Gereja Katolik itu, ketegangan antara AS dan Korut dapat memicu perang besar. Paus Fransiskus juga meyakini hal itu berdampak sangat buruk karena banyak nyawa yang mungkin terenggut.

"Ini akan membuat perang yang menghancurkan dan tentunya krisis kemanusiaan setelahnya dapat terjadi dengan sangat buruk. Tentu, mediasi diperlukan dan setiap negara misalnya seperti Norwegia harus siap membantu," ujar Paus Fransiskus, dilansir BBC, Ahad (30/4).

Pernyataan Paus muncul beberapa saat setelah Korut kembali meluncurkan uji coba rudal balistik. Selama ini, negara itu dinilai memberikan ancaman dengan program nuklir yang dilakukan, khususnya terhadap negara-negara di sekitar Semenanjung Korea yaitu Korea Selatan (Korsel) dan Jepang.

Korut selama ini terus mengembangkan program nuklir dengan alasan sebagai alat pertahanan utama negara itu. Negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu juga telah mendapat sanksi dari Dewan Keamanan PBB atas sejumlah uji coba program nuklir.  Tercatat, uji coba perangkat senjata berbahaya telah dilakukan Korut, termasuk salah satunya yang terbesar adalah sebanyak lima kali dalam 2016.  

AS selama ini menyatakan kekhawatiran atas kemungkinan kemajuan teknologi nuklir yang dikembangkan Korut. Salah satu yang diklaim oleh negara tersebut adalah mereka mampu menempatkan hulu ledak nuklir dalam rudal yang menjangkau antar benua.

Presiden AS Donald Trump kemudian mengatakan bahwa negaranya dapat melakukan aksi militer untuk menghadapi ancaman Korut. Seiring dengan peringatan itu, sejumlah kelompok kapal kelompok angkatan laut Negeri Paman Sam kemudian ditempatkan di Semenanjung Korea.

Pada Selasa (25/4) lalu, kapal selam yang merupakan salah satu bagian dari kapal perang USS Carl Vinson dilaporkan tiba di Pelabuhan Busan, Korea Selatan (Korsel). kapal selam yang merupakan bagian dari kapal perang USS Carl Vinson itu telah tiba di Pelabuhan Busan.

Kapal yang disebut sebagai USS Michigan ini merupakan kapal selam bertenaga nuklir. Di dalamnya juga memuat sebanyak 154 rudal Tomahawk, yang digunakan sebagai senjata utama. Tak ketinggalan ada 60 pasukan operasi khusus yang ada dalam USS Michigan dan kapal selam mini.

Sebelumnya, Komando AS untuk Asia Pasifik mengatakan bahwa penyebaran Carl Vinson di Semananjung Korea dilakukan sebagai langkah antisipasi. Selama ini, di wilayah tersebut ketegangan terjadi dengan adanya serangkaian tes perangkat nuklir oleh Korut, yang mengancam Korsel dan Jepang.

Sementara itu, menyusul tindakan AS, Korut melalui Direktur Institut Hak Asasi Manusia Korea Utara (Korut) Sok Chol Won mengatakan tidak akan menghentikan pengembangan program nuklir. Uji coba rudal serta perangkat senjata lainnya juga terus dilakukan, terlebih bila AS terus mengancam dan menuding uji coba rudal itu sebagai tindakan agresi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement