Senin 15 May 2017 13:32 WIB

Korut Klaim Roket yang Diluncurkan Jenis Baru

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Nuklir Korea Utara.
Foto: Reuters/Damir Sagolj
Nuklir Korea Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemerintah Korea Utara (Korut) mengklaim uji coba rudal terbaru yang dilakukan pada Ahad (14/5) lalu adalah untuk melihat kinerja jenis roket yang lebih canggih. Menurut Korut, ini adalah tipe roket yang mampu membawa hulu ledak nuklir dalam skala besar.

Rudal diluncurkan dengan mencapai ketinggian hingga 2.000 kilometer atau 1.242 mil. Perjalanan dari senjata itu mencapai hingga 700 kilometer dan akhirnya jatuh ke bagian barat laut Jepang.

"Ini adalah tes kemampuan roket balistik baru yang kami kembangkan," ujar pernyataan dari Pemerintah Korut, dikutip dari BBC, Senin (15/5).

Sebelumnya, sejumlah ahli dari Amerika Serikat (AS) mengatakan uji coba rudal yang dilakukan Korut kali ini bertujuan membawa pesan untuk Rusia dan Cina. Hal itu karena posisi peluncuran rudal yang terlihat cukup dekat dengan wilayah Rusia dibandingkan Jepang.

Saat uji coba dilakukan, Cina juga tengah menjadi tuan rumah dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) One Belt One Road (OBOR) yang terpatnya berlangsung di Ibu Kota Beijing. Selama ini, Negeri Tirai Bambu menjadi salah satu sekutu utama Korut, yang juga berperan penting dalam pereknomian negara terisolasi itu. 

"Nampaknya peluncuran dilakukan di waktu yang tidak kebetulan. Korut nampak ingin memberitahu sebuah pesan untuk Rusia dan Cina bahwa mereka tidak peduli apa pun," jelas profesor Hawaii Pacific University sekaligus direktur operasi Pusat Intelijen Gabungan Komando AS di Pasifik, Carl Schuster.

Sementara itu, Pemerintah AS telah meminta masyarakat internasional terus memberi tekanan terhadap Korut atas uji coba rudal terbaru. Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih juga mengatakan tindakan negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu adalah sebuah provokasi.

"Rudal yang jatuh dekat dengan wilayah Rusia kali ini seperti kesengajaan dan provokasi ini sudah seharusnya menjadi seruan bagi semua negara untuk menerapkan sanksi lebih besar untuk Korut," jelas sekretaris pers Gedung Putih Sean Spicer.

AS dan Jepang juga telah meminta agar pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB dilakukan pada Selasa (16/5) besok. Sejak 2006 lalu, sanksi dari negara-negara anggota telah diberikan terhadap Korut.  Dalam satu tahun terakhir, tes rudal dan perangkat senjata berbahaya tersebut dilakukan secara lebih intensif. Sepanjang 2016 lalu, Korut tercatat melakukan uji coba perangkat nuklir sebanyak lima kali dan terus berlanjut hingga saat ini.

Laporan dari kantor berita Korut KCNA, uji coba rudal terbaru yang dilakukan Korut mendapat pengawasan dari Kim Jong-un. Seperti biasanya, pemimpin negara yang masih berusia 33 tahun itu telah memberi tahu para ilmuwan dan teknisi yang mengembangkan program nuklir untuk terus melanjutkan pekerjaan. Ia meminta agar mereka seluruhnya berusaha membuat senjata nuklir yang jauh lebih canggih, salah satunya diklaim mampu menjangkau antarbenua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement