Rabu 15 Nov 2017 07:09 WIB

Sebab-Musabab Gempa Iran-Irak

Warga Kota Sare Pole-Zahab propinsi Kermanshah mengumpulkan harta yang tersisa dari reruntuhan bangunan yang rusak akibat gempa. Selasa (14/11).
Foto: ABEDIN TAHERKENAREH/EPA
Warga Kota Sare Pole-Zahab propinsi Kermanshah mengumpulkan harta yang tersisa dari reruntuhan bangunan yang rusak akibat gempa. Selasa (14/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Kabul Astuti

Gempa dahsyat berkekuatan 7,3 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah perbatasan Irak-Iran pada Ahad (12/11) malam dan menimbulkan ratusan korban jiwa, ribuan pengungsi, dan kerusakan bangunan. Minimnya aktivitas kegempaan di Timur Tengah disebut jadi pertanda bahwa wilayah itu rawan gempa besar.

Gempa di perbatasan Iran-Irak berpusat di darat pada koordinat 9.71 LU - 84.47 BB dengan kedalaman hiposenter dangkal 22 kilometer. Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia menyimpulkan, gempa tersebut dipicu aktivitas tumbukan Lempeng Arab dengan Lempeng Eurasia di jalur lipatan dan sesar naik Zagros.

Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan gempa dangkal dengan mekanisme sesar naik (oblique thrust) ini akan semakin menambah tekanan dan mengangkat sebagian zona Pegunungan Zagros sehingga jalur pegunungan ini secara relatif akan bertambah tinggi. Wilayah ini juga akan tetap menjadi kawasan aktif gempabumi.

"Karakteristik gempa kuat dengan kedalaman dangkal semacam ini tentu bersifat destruktif. Dilaporkan media bahwa gempa ini memang sangat merusak dan hingga pagi ini korban meninggal akibat gempa sudah melampaui jumlah 400 orang," kata Daryono dalam keterangan tertulis, Selasa (14/11).

Menurut Daryono, ini wajar karena medan tegangan yang terakumulasi di batas lempeng menjadi sangat besar sehingga saat tekanan pada batuan itu terlepaskan akan memancarkan energi sangat kuat yang dimanifestasikan sebagai gempa dahsyat.

Jika mengamati sebaran aktivitas gempa kuat di wilayah Timur Tengah sejak 1970, Daryono menjelaskan, tampak di zona ini memang jarang terjadi gempa signifikan, kecuali aktivitas gempa-gempa kecil kurang dari magnitudo 5,0 SR yang jumlahnya cukup banyak. Wilayah ini memang sudah menjadi zona sepi gempa kuat sejak lama.

Di zona sepi gempa inilah kemudian tiba-tiba muncul gempa kuat yang sangat merusak. Daryono mengatakan fenomena ini sangat menarik perhatian bagi para ahli gempabumi untuk dilakukan kajian lebih lanjut.

Daryono menjelaskan proses pensesaran atau patahan yang terjadi di Zona Pegunungan Zagros merupakan produk tumbukan kontinen (continent collision), sehingga wajar jika energi yang dilepaskan sangat besar. Saking kuatnya, guncangan gempa ini dilaporkan dapat dirasakan hinga jauh di wilayah Kuwait dan Saudi Arabia.

"Ditinjau dari sumber gempanya, ada kemiripan pola sumber gempa di perbatasan Iran-Irak ini dengan gempa Nepal 2015 yang berkekuatan 7,8 SR. Keduanya sama-sama gempa dahsyat produk tumbukan lempeng di daratan,\" kata Daryono.

Di wilayah Indonesia, lanjut Daryono, zona sumber gempa jalur sesar naik (thrust and belt) seperti itu dapat ditemukan di Papua, yaitu Mamberamo Thrust and Belt dan Jayawijaya Main Thrust and Belt. Tektonik Papua dipengaruhi oleh pergerakan Lempeng Pasifik ke arah barat dan Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara.

Tumbukan tersebut membentuk tatanan struktur kompleks, sehingga tak heran jika di Papua memiliki potensi gempa darat berkekuatan besar. Catatan sejarah gempa membuktikan di Papua beberapa kali terjadi gempa dahsyat pada tahun 1900 (7.8 SR), 1914 (7.9 SR), 1916 (8.1 SR), 1926 (7.9 SR), dan 1971 (8.1 SR).

Menyusul gempa ini, BMKG mengingatkan kembali bahwa seluruh zona sesar aktif di wilayah Indonesia merupakan ancaman nyata bagi masyarakat yang bermukim di wilayah dekat jalur sesar. Seluruh jalur sesar aktif di wilayah Indonesia patut untuk selalu diwaspadai.

Utamanya jalur sesar yang berdekatan dengan wilayah permukiman padat, dekat wilayah perkotaan, maka sosialisasi mitigasi gempabumi dan kampanye pentingnya membangun bangunan tahan gempa harus terus digalakkan," ujar Daryono.

Seorang koresponden BBC Science, Jonathan Amos mengatakan Iran merupakan salah satu daerah di dunia yang akrab dengan gempa. Wilayah Iran mengalami beberapa getaran yang sangat hebat pada masa lalu.

"Secara umum gempa kuat di sini merupakan pertemuan antara lempeng tektonik Arabia dan Eurasia. Per-tahunnya lempeng tersebut bergerak ke utara beberapa sentimeter," ujar Jonathan Amos dilansir BBC, kemarin.

Pada bagian Tenggara negara tersebut, Lempeng Arab mendorong di bawah lempeng Eurasia. Di barat laut, lempengan-lempengan besar ini saling bersentuhan satu sama lain. Pegunungan Zagros merupakan hasil dari semua kompresi ini.

Laporan awal menunjukkan gempa terjadi pada kesalahan dorongan dari lempengan tesebut. Ini berarti kerak di satu sisi mengalami jeda di bebatuan dan digeser secara vertikal ke atas dari sisi lain - yang sesuai persis dengan gambaran umum ini.

(Fergi Nadira B, Tulisan diolah oleh Fitriyan Zamzami).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement