Selasa 12 Dec 2017 12:01 WIB

Pembelot Korut Beberkan Kekejaman Rezim Kim Jong-un

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Warga Korea Utara
Foto: AP
Warga Korea Utara

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Nikki Haley mengadakan sebuah pertemuan membahas situasi hak asasi manusia (HAM) di Korea Utara (Korut). Pertemuan yang bertema "Pengalaman Mengerikan dari Perempuan Korut yang Dipulangkan Secara Paksa" ini disponsori AS, Prancis, Jepang, Korsel, Kanada, dan Inggris.

Dalam pertemuan ini, seorang pembelot Korut, Ji Hyeon-a membeberkan kekejaman rezim Kim Jong-un. Ji mengaku dipulangkan tiga kali ke Korut setelah dia ditangkap di Cina. Dia akhirnya berhasil lolos ke Korsel dan berbicara tentang pengalamannya yang mengerikan.

 

Ji mengatakan, setiap wanita yang hamil di Cina dipaksa melakukan aborsi oleh rezim. Saat itu ia dalam keadaan hamil, namun tetap dipaksa bekerja di pusat penahanan.

 

"Wanita hamil dipaksa bekerja keras sepanjang hari. Di malam hari, kami mendengar ibu hamil menjerit dan bayi mereka harus meninggal tanpa pernah bisa melihat ibunya," kata Ji, dikutip Fox News.

 

Menurutnya, Korut tidak mengizinkan adanya bayi campuran dari darah negara lain. Saat dipaksa aborsi, Ji yang sedang hamil tiga bulan, menangis karena tidak difasilitasi dengan obat-obatan.

 

"Anak pertama saya meninggal dunia tanpa pernah melihat dunia, tanpa ada waktu untuk saya meminta maaf," kata dia.

 

Ia juga menggambarkan adegan mengerikan saat mayat-mayat di pusat penahanan diberikan begitu saja untuk dimakan oleh anjing. Mereka yang tewas adalah tahanan yang kelaparan.

 

Dia akhirnya sampai di Korsel pada 2007 dan sejak itu ia telah dipertemukan kembali dengan ibu, saudara laki-laki, dan adik perempuannya. Namun dia masih belum mendengar kabar tentang ayahnya.

 

Ji mengatakan, tentara Korut yang baru saja melarikan diri ke Korsel, telah mewakili sedikit keberanian yang menjadi impian 25 juta orang Korut. Baginya, Korut adalah penjara yang mengerikan dan Kim telah melakukan pembantaian besar-besaran sehingga dibutuhkan keajaiban untuk bertahan di sana.

 

Dia mengkritik pemerintah Cina karena banyak mengirim pembelot Korut kembali ke rezim tersebut. Ji mendesak pemerintah Cina menghentikan hal itu dan mengatakan mereka tahu apa yang akan terjadi saat mereka tiba kembali di sana.

 

Ji juga mendesak para pemimpin PBB dan dunia memperjuangkan nasib pembelot Korut dan terutama mereka yang telah dipulangkan. Dia kemudian membacakan sebuah puisi berjudul "Apakah ada orang di sana?" dari kumpulan puisi yang dia tulis.

 

"Saya takut, ada orang di sana? Saya di sini di neraka, ada orang di sana? Saya berteriak dan berteriak tapi tidak ada yang membuka pintu. Apakah ada orang di sana? Tolong dengarkan erangan kami dan dengarkan rasa sakit kami. Apakah ada orang di sana? Orang-orang sekarat, teman saya sekarat. Saya memanggil lagi dan lagi tapi kenapa tidak Anda jawab. Apakah ada orang di sana?" kata Ji.

 

Duta Besar Inggris untuk PBB Matthew Rycroft memuji Ji karena telah berani berbicara dalam pertemuan tersebut. Ia mengatakan kejahatan-kejahatan rezim Korut, termasuk aborsi paksa, eksekusi, kerja keras, pemerkosaan adalah kondisi yang berkaitan dengan kejahatan terhadap kemanusiaan.

 

Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, Haley mengatakan cerita lengkap para pembelot Korut perlu diberi tahu ke seluruh dunia. Menurutnya, rezim Korut telah melakukan penindasan dan eksploitasi rakyatnya sendiri.

 

"Melalui ekspor pekerja ke luar negeri untuk mendapatkan uang dan melakukan kerja paksa di dalam negeri, rezim tersebut menggunakan rakyatnya untuk menanggung program nuklir dan rudal balistiknya," kata Haley.

 

Dia mengatakan, rezim Kim telah memenjarakan sekitar 100 ribu orang pembelot.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement