Kamis 22 Feb 2018 09:35 WIB

Serangan Bom Tanpa Henti, Warga Ghouta Timur Pasrah

Hampir semua orang tinggal di tempat penampungan.

Rep: Marniati/ Red: Winda Destiana Putri
Pemboman wilayah di Suriah Ghouta yang dikuasai gerilyawan terus berlanjut .
Foto: alarabiya.com
Pemboman wilayah di Suriah Ghouta yang dikuasai gerilyawan terus berlanjut .

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Warga distrik Ghouta timur di Suriah mengatakan mereka menunggu giliran untuk mati di tengah serangan bom. Serangan tersebut terus terjadi oleh pasukan pro-pemerintah di daerah kantong pemberontak yang terkepung di dekat Damaskus.

"Kita menunggu giliran kita untuk mati. Ini adalah satu-satunya yang bisa saya katakan," kata Bilal Abu Salah (22), yang istrinya hamil lima bulan.

Ia mengatakan saat ini hampir semua orang tinggal di tempat penampungan. Ada lima atau enam keluarga di satu rumah. "Tidak ada makanan, tidak ada pasar," katanya.

Sementara itu, warga lainnya Abdullah Kahala mengaku sedang sarapan dengan istri dan enam anaknya saat sebuah ledakan besar menghancurkan bangunan. "Saya melihat Hala dan Sara terbaring dengan darah dan ibunya histeris serta anak-anak kita yang lain terbaring di lantai," katanya.

Ia mengatakan, bom jatuh di mana-mana di dekat tempat tinggalnya. "Kami menghabiskan pekan terakhir untuk menggali puing-puing di daerah-daerah terdekat dengan tangan kosong kami," tambahnya.

Sedikitnya 38 orang meninggal pada hari Rabu (21/2). Observatorium untuk Hak Asasi Manusia Suriah mengatakan sedikitnya 310 orang telah terbunuh di distrik tersebut sejak Ahad malam dan lebih dari 1.550 orang terluka.

Ghouta bagian timur, sebuah distrik pertanian padat penduduk di pinggiran Damaskus, adalah daerah besar terakhir di dekat ibukota yang masih berada di bawah kontrol pemberontak. Wilayah yang merupakan rumah bagi 400 ribu orang ini telah dikepung oleh pasukan pemerintah selama bertahun-tahun.

Sebuah eskalasi besar-besaran dalam pemboman, termasuk tembakan roket, serangan udara dan bom barel yang dijatuhkan helikopter, sejak Ahad telah menjadi salah satu perang sipil paling mematikan di Suriah, yang memasuki tahun kedelapan. Pemerintah Suriah dan sekutunya Rusia, yang telah mendukung Assad dengan kekuatan udara sejak 2015, mengatakan bahwa mereka tidak menargetkan warga sipil dan mengarahkan tembakan mortir kepada Damaskus.

Foto-foto Reuters yang diambil di Ghouta timur pada Rabu menunjukkan orang-orang menggali puing-puing melalui reruntuhan bangunan yang hancur. Warga juga terlihat membawa korban luka ke rumah sakit dan meringkuk di jalan-jalan yang dipenuhi puing-puing.

Sistem peringatan penyerangan udara yang dijalankan oleh Pertahanan Sipil Suriah, sebuah layanan pertolongan di daerah-daerah oposisi, pada Rabu sore mengirimkan peringatan setiap beberapa menit. Peringatan ini dipicu saat pesawat tempur terlihat lepas landas dari pangkalan udara.

"Perkiraan waktu kedatangan pesawat untuk mencapai bagian yang dibom di Ghouta timur dua menit dari sekarang," sebuah peringatan khas yang dikirim pada pukul 4:41 pagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement