Selasa 25 Jul 2017 13:05 WIB

Upaya Erdogan Mediasi Krisis Qatar tak Ada Kemajuan

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Teguh Firmansyah
 Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: EPA
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meninggalkan Qatar pada Senin setelah dua hari di Negara Teluk untuk mencoba menengahi konflik Qatar dan Arab Saudi beserta sekutunya.

Namun rupanya tidak ada tanda dia telah membuat kemajuan. Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir masih memutuskan hubungan diplomatik dan hubungan dengan Qatar sejak Juni.  Mereka menuduh Qatar mendukung teroris. Doha telah membantah tuduhan tersebut.

Turki telah menjadi sekutu Qatar yang paling kuat dalam perselisihan ini. Bahkan Turki mengirim lebih banyak tentara ke markasnya di Doha sebagai bentuk dukungan. Upaya Kuwait dan Barat untuk mengakhiri krisis Qatar  hanya  menghasilkan sedikit kemajuan sejauh ini.

Keempat negara Arab tersebut tetap menginginkan agar Qatar mengurangi hubungan dengan lawan mereka Iran, menutup basis militer Turki dan menutup saluran TV Aljazirah. Mereka menilai TV Aljazirah terlalu kritis terhadap pemerintahan mereka.

Kantor berita negara Qatar, QNA mengatakan, penguasa Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani telah meninjau perkembangan regional, khususnya krisis Teluk dan upaya untuk mengatasinya melalui cara diplomatik.

Menurut QNA, perundingan tersebut juga mencakup upaya bersama untuk memerangi terorisme dan meninjau kerja sama pertahanan dan ekonomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement