Selasa 15 May 2018 11:56 WIB

Krisis Socotra Berakhir, UEA Tarik Pasukan dari Yaman

Krisis Socotra dimulai saat UEA mengerahkan sekitar 300 tentara ke pulau ini awal Mei

Rep: Winda Destiana Putri/ Red: Nidia Zuraya
Uni emirat arab
Uni emirat arab

REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Perselisihan antara Yaman dan Uni Emirat Arab (UEA) mengenai penempatan pasukan UEA ke pulau Socotra telah diselesaikan. Dalam postingan Facebook pada hari Senin (14/5), Perdana Menteri Yaman Ahmed Obeid bin Daghr mengatakan krisis di pulau itu sudah berakhir dan bendera Yaman kembali berada di Pulau Socotra.

Dia mengatakan, perselisihan tersebut hampir dicampuri oleh Saudi. Sengketa selama berminggu-minggu terjadi setelah Arab Saudi mengirimkan pasukan ke pulau itu dan menandatangani kesepakatan dengan UEA untuk mengembalikan laut dan bandara di pulau itu kepada pasukan Yaman.

Krisis Socotra, sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO, dimulai ketika UAE mengerahkan sekitar 300 tentara, bersama dengan tank dan artileri, ke pulau itu pada awal Mei. Pasukan Emirat menyita semua lembaga penting di sana, termasuk bandara, pelabuhan dan markas pemerintah, menurut warga.

Gubernur Socotra, Hashim Saad al-Saqatri, pada saat itu mengutuk langkah UEA dengan mengatakan itu mewakili pelanggaran kedaulatan Yaman. Yaman dan UEA adalah sekutu dalam koalisi yang dipimpin Saudi, tetapi hubungan antara kedua negara memburuk di tengah kekhawatiran di kalangan pejabat Yaman atas pengaruh UEA yang semakin meningkat di Yaman selatan.

UAE telah mendirikan penjara dan kelompok bersenjata di wilayah tersebut, yang menyebabkan pejabat pemerintah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi menuduh pasukan Emirat berperilaku seperti "penjajah".

Socotra telah terhindar dari keterlibatan dalam konflik Yaman, yang telah menewaskan hampir 10.000 jiwa sejak Maret 2015 dan memicu apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dilansir laman Aljazirah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement