Jumat 18 Feb 2011 05:18 WIB

Iran Tuding Oposisi Lakukan Pengkhianatan

Iran
Iran

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -  Iran hari Kamis menuduh para pemimpin oposisi telah berkhianat. Pemerintah berjanji menghalangi kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan para pendukung menjelang pawai "kebencian", aksi yang dilakukan pendukung pemerintah Teheran terhadap oposisi.

Pemimpin-pemimpin oposisi Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi secara de fakto dikenai penahanan rumah. Namun mereka terus mengeluarkan pesan pembangkangan ke pendukung mereka melalui situs berita mereka.

Salah satu pesan  mengarah pada protes anti-pemerintah Senin yang menewaskan dua orang dan melukai beberapa lain. Protes itu membuat marah pendukung pemerintah Iran. Anggota-anggota parlemen malah menuntut eksekusi terhadap kedua pemimpin tersebut.

"Pengkhianatan yang dilakukan oleh gerakan pemimpin penghasut bisa dilihat oleh semua orang," kata ketua mahkamah agung Ayatollah Sadeq Larijani, seperti dikutip kantor berita IRNA.

"Kelompok yang membangkang pemerintahan agamis ini harus mengetahui bahwa meski menjaga kasih Islam. Kami tidak akan menoleransi tatanan yang dikompromikan," katanya.

Larijani mengatakan, langkah-langkah sedang diambil oleh pengadilan terhadap kedua orang itu. Sementara pihak berwenang mengincar jaringan komunikasi mereka.

"Rakyat harus tahu pasti bahwa kami akan menghalangi mekanisme yang digunakan para pemimpin ini untuk mengeluarkan pernyataan," katanya. Ia mendesak rakyat Iran sabar dan waspada.

Mousavi dan Karroubi secara rutin mengeluarkan pernyataan di situs berita mereka. Keduanya  menyerukan pawai untuk mendukung penentangan terhadap pemerintah di sejumlah negara Arab.

Ribuan pendukung mereka turun ke jalan Senin untuk berpawai yang kemudian berubah menjadi demonstrasi anti-pemerintah dan menghasilkan bentrokan dengan pasukan keamanan dan milisi pro-pemerintah

Dua orang tewas dan beberapa lain cedera, termasuk sembilan aparat keamanan, dalam insiden itu, kata sejumlah pejabat dan situs oposisi.

Mousavi dan Karroubi adalah calon-calon presiden yang kalah dalam pemilihan dua tahun lalu. Namun mereka bersikeras menganggap pemilu itu dicurangi.

Iran dilanda pergolakan besar setelah pemilihan presiden Juni 2009 yang disengketakan itu. Ratusan reformis ditahan dan diadili dalam penumpasan terhadap oposisi pro-reformasi setelah pemilihan umum presiden itu.  Menyusul kemudian kerusuhan terbesar dalam kurun waktu 31 tahun.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam protes pasca pemilu itu. Ia  memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan sejumlah pihak.

Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Ahmadinejad sebagai presiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya AS dan Inggris.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris. Mereka menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.

Sejumlah pejabat Iran mengatakan, 36 orang tewas selama kerusuhan itu, namun sumber-sumber oposisi menyebutkan jumlah kematian sebanyak 72 orang. Delapan orang lagi tewas selama protes anti-pemerintah pada 27 Desember 2009, menurut data resmi.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement