REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI--Pemimpin Libya, Moamar Gaddafi, dituding menggunakan tentara dari Chad untuk menggebuk para demonstran prodemonstrasi di Kota Benghazi. Bentrok di Benghazi menimbulkan jatuh korban 50 orang tewas.
Mohamed, seorang demonstran yang diwawancara ABC mengatakan, ia melihat tentara memburu pengunjuk rasa hingga mereka berlompatan dari jembatan Giuliana. "12 orang tewas gara-gara serangan itu," kata Mohamed, Jumat.
"Kami juga melihat adanya aparat militer asing, sepertinya dari Chad (negara tetangga Libya), yang bersama-sama tentara membubarkan pengunjuk rasa," kata dia lagi. "Gadaffi membawa orang, milisi dari Chad. Orang-orang yang ketakutan langsung melompat dari jembatan, padahal sungai di bawahnya sangat dalam."
Menurut Mohamed, unjuk rasa di Benghazi berlangsung spontan dan tidak terorganisasi dengan baik. "Kami tidak punya partai politik, kami tidak punya serikat, kami tidak punya sindikat apa-apa. Kami hanya generasi muda yang menuntut perubahan," katanya.
Ia juga melaporkan, beredar kabar kalau pemerintah membiayai kelompok penjahat untuk menjadi demonstran tandingan yang propemerintah. "Tidak ada radio atau televisi lokal yang meliput kerusuhan ini. Militer bahkan menangkap warga di rumah mereka pada dini hari, kami benar-benar terancam," katanya lagi.
Semenjak meletus kerusuhan di Libya, pemerintah Gadaffi memperketat saluran internet dan telepon. Ini membuat media asing kesulitan memberitakan apa yang sebenarnya terjadi di Libya.