Selasa 31 Jul 2018 13:29 WIB

AS Siap Temui Iran tanpa Prasyarat

Pertemuan dinilai perlu dilakukan agar hubungan bilateral mencair.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Foto: AP
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bersedia mengadakan diskusi dengan pemimpin Iran. Presiden ke-45 AS itu mengaku siap menjalankan negosiasi tanpa prasyarat apa pun kepada Teheran.

Hal itu diungkapkan Trump dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih. "Jika mereka ingin bertemu, maka kita akan bertemu. Saya akan menemui siapa pun, saya percaya dengan pertemuan," kata Donald Trump.

Kesediaan Trump bertemu pemimpin Iran dilakukan agar hubungan bilateral kedua negara membaik setelah AS menarik diri dari pakta nuklir 2015. Kepala negara yang dihujani kritik usai pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku siap bertemu kapan pun yang diinginkan Presiden Iran Hassan Rouhani.

Meksi demikian, Gedung Putin mengatakan, kalaupun pertemuan diadakan, bukan berarti sanksi ekonomi yang akan diterapkan kepada Teheran akan ditangguhkan atau bahkan diangkat. Pertemuan kemungkinan akan dimanfaatkan AS untuk membicarakan program nuklir Iran dan aktivitas mereka di Timur Tengah.

Baca juga, Trump: Jika Terus Mengancam Iran akan Menderita.

"Saya ingin bertemu, tapi tidak tahu apakah mereka siap atau tidak. Saya mengakhiri pakta nuklir karena itu merupakan kesepakatan yang konyol dan saya percaya mereka pada akhirnya akan memohon agar dilakukan diskusi," kata Trump.

Seperti diketahui, keluarnya AS dari perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 membuat Iran terancam sanksi ekonomi dari Paman Sam. Sanksi sepihak itu rencananya akan mulai diterapkan pada Agustus dan November nanti.

Pemerintah Iran mengaku pertemuan hanya akan terjadi jika AS sepakat untuk kembali masuk ke dalam JCPOA. Pakta nuklir 2015 tersebut ditandatangani oleh Iran, Rusia, Cina, Inggris, Jerman, Prancis, dan AS yang pada akhirnya memutuskan keluar pada Mei lalu.

"Menghormati hak-hak bangsa Iran, mengurangi permusuhan dan kembali ke kesepakatan nuklir adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk membuka jalan bergelombang pembicaraan antara Iran dan Amerika," ujar penasihat Presiden Rouhani, Hamid Aboutalebi.

Sebelumnya, Presiden Trump dan Rouhani sempat terlibat perang kata-kata menjelang sanksi AS. Iran mengatakan akan memberikan balasan setimpal kepada AS jika mereka bersikeras untuk melarang ekspor minyak Teheran. Trump yang berang dengan ancaman itu kemudian membalas dengan mengatakan jika Iran akan sangat menderita jika berani mengancam dan menantang AS.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement