Jumat 14 Sep 2018 01:19 WIB

Reaksi Petinggi Google Saat Donald Trump Menang Pemilu

Salah satu yang dibicarakan adalah meningkatnya xenofobia.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Muhammad Hafil
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump
Foto: VOA
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Belum lama ini, laman Breitbart mengunggah sebuah video lama yang menampilkan para eksekutif Google dalam sebuah pertemuan. Dalam video yang dibuat pada 2016 lalu itu, para eksekutif Google tampak berbincang dan menyayangkan kemenangan Donald Trump sebagai presiden AS.

Salah satu sosok yang tampak dalam video tersebut adalah Co Founder Google Sergey Brin. Brin menyayangkan kemenangan Trump karena ia menilai Trump tidak sejalan dengan nilai-nilai yang diemban Google. Selain itu, para eksekutif Google juga memuji nilai-nilai yang diusung oleh Partai Demokrat.

Salah satu isu yang dibicarakan oleh para eksekutif Google adalah meningkatnya xenofobia atau ketidaksukaan pada orang-orang dari negara lain yang dianggap asing. Para eksekutif Google juga berbicara mengenai nasionalisme. Pertemuan itu tampak emosional karena beberapa eksekutif Google bahkan terlihat menangis ketika berbicara mengenai pemilu AS.

Menanggapi bocornya video ini ke muka publik, Google pun angkat bicara. Google mengatakan pembicaraan yang terjadi pada pertemuan tersebut, maupun pertemuan-pertemuan lain, sama sekali tidak menunjukkan bahwa cara Google membangun maupun mengoperasikan produknya dipengaruhi oleh bias politik.

"Sebaliknya, pruduk-produk kami dibuat unutk semua orang, dan kami mendesain produk kami dengan perhatian yang besar agar dapat menjadi sumber informasi terpercaya bagi semua orang, tanpa memperhitungkan pandangan politik," ungkap Google melalui pernyataan resmi, seperti dilansir TIME, Kamis (13/9).

Google secara konsisten selalu menampik kabar mengenai bias politik dalam mengembangkan alogaritma yang mereka gunakan untuk pencarian internet. Namun, Partai Republik dan kelompok konservatif menilai adanya bias liberal di Silicon Valley. Mereka menilai perusahaan seperti Google, Facebook dan Twitter secara aktif menekan pandangan pihak konservatif. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement