Rabu 22 Aug 2018 03:19 WIB

Inggris Minta Uni Eropa Tambah Sanksi Bagi Rusia

Uni Eropa harus memperbesar tekanan agar Rusia patuh pada hukum internasional.

Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt.
Foto: Sky News
Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris pada Selasa (21/8) meminta Uni Eropa menambah sanksi bagi Rusia. Inggris juga menegaskan bahwa negara-negara Barat harus satu sikap bersama Amerika Serikat (AS) yang pada bulan ini menjatuhkan sanksi ekonomi baru untuk Moskow.

Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin telah membuat dunia menjadi tempat yang semakin berbahaya. Karena itu, Uni Eropa harus memperbesar tekanan kepada Kremlin agar patuh pada hukum internasional.

"Hari ini Kerajaan Inggris Britania Raya meminta para sekutu untuk melangkah lebih jauh dengan mendesak Uni Eropa menjatuhkan sanksi yang komprehensif bagi Rusia," kata Hunt dalam pidato di Washington.

Pernyataan itu kemudian ditanggapi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov yang mengatakan bahwa Inggris terlalu percaya diri dengan memaksakan politik luar negeri mereka terhadap Uni Eropa, demikian laporan kantor berita RIA. Sementara itu, Uni Eropa mengaku belum menerima usul sanksi baru dari Inggris.

Inggris, Uni Eropa, dan AS menuding Rusia bertanggung jawab atas serangan gas saraf terhadap seorang mantan mata-mata Moskow di Salisbury pada awal tahun ini. Kremlin membantah tuduhan itu.

Insiden serangan itu membuat Washington menjatuhkan sejumlah sanksi terhadap Moskow. AS mengaku akan terus menambah hukuman sampai Rusia memberi jaminan tidak akan lagi menggunakan senjata kimia.

Inggris sendiri baru akan secara resmi meninggalkan Uni Eropa pada Maret sehingga masih harus mengikuti mekanisme blok tersebut dalam menjatuhkan sanksi. Uni Eropa baru-baru ini sepakat untuk memperpanjang sanksi terhadap Rusia terkait aneksasi Krimea dari Ukraina.

Namun, sikap negara-negara anggota Uni Eropa terbelah terkait dengan usul tambahan hukuman ekonomi atas insiden Salisbury. Beberapa anggota seperti Polandia dan negara-negara Baltik mendukung kebijakan keras bagi Rusia. Namun di sisi seberang, Italia, Yunani, dan Austria lebih memilih langkah yang lebih lunak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement