Senin 11 Mar 2013 06:00 WIB

Venezuela Tunda Pilpres

Wakil Presiden Venezuela Nicolas Maduro
Foto: Reuters
Wakil Presiden Venezuela Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Venezuela menunda pemilihan presiden untuk memilih pengganti mendiang Presiden Hugo Chavez sampai 14 April 2013. Demikian kata Dewan Pemilu Nasional seusai pertemuan luar biasa pada Sabtu waktu setempat.

Dewan melakukan pertemuan sesuai permintaan Nicolas Maduro yang sempat menjadi wakil presiden di bawah mendiang Presiden Chavez. Maduro menginstruksikan rapat tersebut sampai dewan pemilu menetapkan tanggal pemungutan suara untuk memilih presiden Venezuela yang baru.

Chavez sendiri pernah menunjuk Maduro sebagai penerusnya saat dia menjalani operasi kanker terakhirnya pada Desember 2012.

Chavez meninggal pada Selasa pada usia 58 tahun setelah berjuang melawan kanker yang menggerogoti tubuhnya selama dua tahun terakhir. Dia telah memimpin Venezuela selama 14 tahun.

Oposisi Venezuela menuding pengangkatan Maduro sebagai presiden sementara merupakan hal palsu karena inkonstitusional. Mereka beranggapan bahwa satu-satunya orang yang pantas untuk mengambil alih posisi pemimpin Venezuela adalah juru bicara DPR. Namun, Mahkamah Agung Venezuela mengesahkan pengangkatan Maduro.

Upacara pelantikan Maduro digelar beberapa jam pada Jumat waktu setempat setelah upacara pemakaman kenegaraan Chavez selesai.

Pemakaman tersebut dihadiri oleh lebih dari 30 kepala negara dan pemerintahan. Beberapa nama disebut seperti Presiden Kuba Raul Castro, pemimpin Iran Mahmoud Ahmadinejad dan orang nomor satu Belarusia Alexander Lukashenko.

Maduro kemungkinan akan maju sebagai calon presiden dalam bursa pemilihan umum dari partai berkuasa. Dia akan bersaing dengan pemimpin oposisi yang saat ini menjadi gubernur negara bagian Miranda, Henrique Capriles.

Berdasarkan hasil jajak pendapat, Maduro sementara ini mengungguli Capriles. Banyak pihak meyakini Maduro akan melenggang menjadi pemimpin Venezuela.

Capriles sendiri sempat kalah atas mendiang Chavez dalam pemilihan presiden pada Oktober tahun lalu.

sumber : Antara/RIA Novosti-0ANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement