Jumat 13 Apr 2018 12:02 WIB

Tim Pengawas Menuju Douma untuk Selidiki Dugaan Gas Beracun

Menurut aktivis serangan gas beracun ini menewaskan lebih dari 43 orang

Rep: Marniati/ Red: Nidia Zuraya
Seorang anak dan pria memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di  Douma, Ghouta Timur, Damascus, Syria, pada 25 Februari 2018.
Foto: Bassam Khabieh/Reuters
Seorang anak dan pria memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Douma, Ghouta Timur, Damascus, Syria, pada 25 Februari 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Sebuah tim dari pengawas senjata kimia internasional sedang dalam perjalanan ke Suriah. Mereka akan memulai penyelidikan terhadap serangan senjata kimia yang diduga terjadi di Douma.

Pemerintah Suriah mengaku akan memfasilitasi penyelidikan misi pencarian fakta ini yang akan dimulai Sabtu (14/4). Suriah dan sekutunya, Rusia, menyangkal serangan semacam itu. Menurut aktivis serangan ini menewaskan lebih dari 43 orang akhir pekan lalu.

Berbicara di PBB pada Kamis (12/4), Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan prioritas utama harus mencegah perang yang lebih luas. Namun dia tidak mengesampingkan kemungkinan konflik AS-Rusia.

 

Baca juga, Puluhan Orang Mati dalam Kondisi Mengenaskan di Douma 

Berbicara kepada wartawan setelah pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB, Nebenzia mengatakan Rusia sangat prihatin dengan eskalasi berbahaya dan kebijakan agresif serta persiapan yang dibuat oleh beberapa negara. Ini merujuk pada pemerintah Trump dan sekutunya.

"Kami berharap AS dan sekutunya akan menahan diri dari tindakan militer terhadap negara yang berdaulat. Bahaya eskalasi lebih tinggi dari sekadar Suriah,"kata Nebenzia.

Dewan Keamanan menjadwalkan pertemuan darurat lain pada Jumat pagi atas permintaan Rusia. Kedatangan para pengawas senjata kimia terjadi saat para pemberontak di Douma meninggalkan kota itu.

Militer Rusia mengatakan bahwa Douma kini berada di bawah kendali penuh pemerintah Suriah setelah kesepakatan yang dimediasi oleh Rusia mengamankan evakuasi para pemberontak dan ribuan warga sipil. Setelah itu direbut kembali oleh pasukan Suriah.

Douma dan daerah Ghouta timur di dekat ibu kota, Damaskus, telah berada di bawah kontrol pemberontak sejak 2012. Perebutan pemerintah atas Douma, kota terakhir yang dipegang oleh para pemberontak di Ghouta timur, menandai kemenangan besar bagi Assad.

Penduduk di Damaskus merayakan berita itu. Kendaraan yang membawa bendera Suriah terlihat dari Damaskus ke Douma. Mereka menyuarakan dukungan kepada pemerintah.

"Ini adalah kemenangan bagi Suriah dan sekutu Suriah. Ghouta Timur adalah sumber utama teroris yang dari sana menyebar ke seluruh Suriah," kata seorang pedagang berusia 38 tahun di DamaskusAbboud Mardini.

Tidak ada pengumuman resmi pemerintah bahwa Douma telah direbut kembali.

Juru bicara Jaysh al-Islam, kelompok pemberontak utama yang pernah mengendalikan Douma,Hamza Bayraqdarmengatakan para anggotanya telah dievakuasi semua. Menurut media pemerintah Suriah, kelompok itu juga telah menyerahkan senjata serta peta ranjau darat dan terowongan yang mereka gali.

Douma dan sisa Ghouta timur telah menjadi benteng pemberontak sepanjang perang saudara Suriah. Penyerahan kota ini setelah diadakannya negoisasi selama beberapa pekan yang dimediasi oleh Rusia. Pekan lalu sebuah gencatan gagal dilakukan dan pemerintah Suriah melancarkan serangan militernya.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement