Selasa 12 Jun 2018 03:00 WIB

Gencatan Senjata di Afghanistan Tetap Diwarnai Serangan

Serangan bom bunuh diri di Kota Jalalabad melukai 10 warga sipil.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Serangan bom di Afghanistan (ilustrasi).
Foto: Reuters
Serangan bom di Afghanistan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Serangan mematikan terjadi di Kota Jalalabad, Afghanistan timur, yang melukai sedikitnya 10 warga sipil. Pada Senin (11/6), juru bicara gubernur Provinsi Nangarhar, Attahullah Khogyani, mengatakan sebuah bom bunuh diri meledak dan baku tembak kemudian terjadi selama 10 menit.

Dia mengatakan, tiga penyerang ditembak mati oleh pasukan keamanan ketika mereka mencoba memasuki gedung pemerintah. Sebuah kendaraan yang penuh dengan bahan peledak juga ditemukan di dekat tempat kejadian serangan itu. Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Sementara di Provinsi Ghazni, sedikitnya enam warga sipil tewas ketika sebuah bom yang disimpan di tepi jalan meledak dan menghancurkan sebuah minibus. Setelah insiden itu, 10 militan Taliban dan tiga pasukan keamanan Afghanistan tewas dalam sebuah serangan terpisah.

Serangkaian serangan itu terjadi beberapa hari setelah kesepakatan gencatan senjata diumumkan oleh Presiden Afghanistan Ashraf Ghani. Kelompok bersenjata Taliban, yang telah melakukan pemberontakan bersenjata di Kabul sejak 2001, juga menyetujui gencatan senjata tiga hari bertepatan dengan hari raya Idul Fitri.

Dilansir di Aljazirah, Jalalabad telah menjadi target serangkaian kekerasan selama beberapa bulan terakhir. Bulan lalu, delapan orang tewas dan 45 orang terluka dalam serangan bom di sebuah turnamen kriket di bulan Ramadhan.

Satu minggu sebelum serangan itu, kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas sebuah serangan mematikan terhadap gedung direktorat keuangan pemerintah. Sedikitnya delapan orang tewas dan empat lainnya terluka dalam serangan itu.

Pasukan keamanan Afghanistan telah berjuang untuk memerangi Taliban dan ISIS sejak AS dan NATO secara resmi mengakhiri misi tempur mereka di negara itu pada 2014. AS dan NATO mengalihkan fokus mereka untuk mendukung kontraterorisme.

ISIS telah mendirikan benteng di Nangarhar, yang ibu kotanya adalah Jalalabad. Kelompok tersebut bertarung melawan militan Taliban dan pasukan Pemerintah Afganistan. Taliban telah menguasai distrik di seluruh negeri. Kedua kelompok itu telah melakukan banyak serangan di ibu kota Kabul dalam beberapa bulan terakhir, hingga menewaskan ratusan orang.

Tahun lalu, AS berjanji akan meningkatkan dukungannya terhadap pasukan Afghanistan. AS juga mengumumkan rencana untuk meningkatkan serangan udara dalam upaya untuk memaksa Taliban mengikuti perundingan perdamaian. Taliban telah menetapkan penarikan pasukan asing yang dipimpin AS sebagai prasyarat untuk perundingan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement