Rabu 30 Mar 2011 11:52 WIB
Serangan Koalisi di Libya

PM Inggris Bela Serangan ke Libya

Perdana Menteri Inggris David Cameron
Perdana Menteri Inggris David Cameron

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON-- Perdana Menteri Inggris, David Cameron membela serangan udara di Libya dengan mengatakan bahwa operasi tersebut menyelamatkan warga sipil Libya dari pembantaian pemerintah Libya pimpinan Muammar Gaddafi.

Sejumlah pemimpin dunia berkumpul pada Selasa untuk melakukan pertemuan di London guna membahas masa depan Libya karena bentrokan antara tentara yang setia kepada Gaddafi dan pemberontak terus berlanjut di sejumlah kota.

"Hari ini saya percaya merupakan awal yang baru bagi Libya, yang menjadi masa depan dimana rakyat Libya dapat menentukan takdir kebebasan mereka dari kekerasan dan kebebasan dari tekanan," kata Cameron dalam pidato pembukanya saat pertemuan itu.

"Alasan hal itu dibahas disini adalah karena rakyat Libya tidak dapat mencapai masa depan mereka dengan upaya mereka sendiri," kata Cameron kepada para pemimpin Libya.

Cameron juga membela serangan udara kepada Libya atas resolusi yang mensahkan penggunaan kekuatan untuk memperkuat kawasan larangan terbang guna melindungi warga sipil. "Dalam pertemuan yang diselenggarakan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy di Paris bahwa kami telah mengambil keputusan yang benar. Hal itu untuk membuat pertahanan di gurun pasir dalam menghentikan pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Gaddafi," kata Cameron.

"Kami tidak ragu bahwa tindakan tersebut menyelamatkan kota Benghazi dan menangkal pembantaian," tambah Cameron. PM Inggris mengatakan bahwa pada pagi hari, dia menerima laporan markas utama pemberontak di kawasan barat Libya, Misrata sedang diserang baik dari darat dan laut serta terdapat laporan terenggutnya korban jiwa.

"Gaddafi menggunakan para penembak jitu untuk membunuh mereka dan membiarkan mereka berlumuran darah di jalanan hingga tewas. Dia telah menghentikan penyaluran makanan, air, dan listrik untuk menyiksa mereka hingga menyerah," kata Cameron.

Dikatakannya bahwa Gaddafi masih melanggar resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengizinkan penggunaan kekerasan militer dalam melindungi warga sipil. "Saat ini ketika saya berpidato, rakyat di Misrata terus mengalami serangan pembantaian dari pemerintah Libya," kata Cameron.

Sejumlah tokoh yang hadir dalam pertemuan di Dewan Lancaster, London terdiri dari Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon, Menteri Luar Negeri AS, Hillary Rodham Clinton, Liga Arab, Ketua Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Anders Fogh Rasmussen dan sekitar 40 Menteri Luar Negeri negara lain yang bertujuan untuk meningkatkan tekanan kepada Gaddafi untuk mundur dari jabatannya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement