REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW-- Perdana Menteri Libya, Al-Baghdadi Al-Mahmoudi melakukan pembicaraan per telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, mengenai kemungkinan gencatan senjata di negara yang sedang bergolak itu, kata kantor berita resmi Libya Jana, Sabtu.
Percakapan telepon antara Al-Mahmoudi dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, terjadi setelah pasukan Muammar Gaddafi keluar dari kota yang dikuasai pemberontak, Misrata. Lavrov mengusulkan mengirimkan pengamat ke Libya dan meningkatkan upaya solusi damai atas konflik itu.
"Rusia berdiri dengan orang-orang Libya," kata Lavrov seperti dikutip Jana. Dari Tripoli, Wakil Menteri Luar Negeri Libya Khaled Kaim, Ahad pagi mengatakan bahwa tentara telah menghentikan operasi terhadap pemberontak di Misrata, tetapi tidak meninggalkan kota, untuk memberi peluang suku setempat guna mencari solusi damai.
"Pasukan bersenjata belum ditarik dari Misrata. Mereka hanya menunda operasinya," kata Kaim dalam jumpa pers di ibu kota. "Suku-suku bertekad untuk menyelesaikan masalah dalam waktu 48 jam ... Kami yakin bahwa pertempuran ini akan diselesaikan secara damai dan bukan dengan cara militer," tegasnya.
Pada hari Jumat, Kaim telah mengumumkan bahwa tentara akan menarik diri dari Misrata dan meninggalkan para suku lokal untuk menyelesaikan konflik di kota terbesar ketiga negara itu --lokasi pertempuran yang telah mengakibatkan lebih dari 25 orang tewas pada Sabtu lalu-- baik melalui perundingan maupun kekuatan militer.