REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA- - Pemimpin dewan oposisi Libya akan mengadakan pembicaraan di negara anggota NATO Turki dalam kunjungan dua hari yang dimulai Senin, demikian menurut kementerian luar negeri Turki.
Mustafa Abdul Jalil, pemimpin Dewan Transisi Nasional (TNC) yang berkantor di markas besar oposisi di Benghazi, akan menemui Presiden Abdullah Gul, Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan dan Menlu Ahmet Davutoglu, menurut pernyataan kementerian itu, Ahad.
Kunjungan tersebut akan menandai kontak tingkat tertinggi sejauh ini antara Turki, anggota satu-satunya NATO yang mayoritas Muslim. Menyusul keengganan Ankara pada awalnya untuk mendukung aksi militer di negara Afrika yang dicabik perang itu.
Pembicaraan itu akan berpusat "Pada perkembangan terakhir di Libya dan cara-cara untuk meningkatkan koordinasi dan kerja sama dalam prakarsa bantuan kemanusiaan yang negara kami lakukan untuk rakyat Libya", kata pernyataan tersebut.
Turki telah mengusulkan "peta jalan" untuk mengakhiri kekacauan di Libya, mendesakkan gencatan senjata segera, pencabutan blokade oleh pasukan rezim itu atas kota-kota yang dikuasai oposisi, dan prakarsa "proses transformasi" yang akan membawa ke pemilihan bebas.
Awal bulan ini, Erdogan mendesak pemimpin Libya Muamar Qaddafi untuk "menyerahkan kekuasaan dengan segera dan meninggalkan Libya". Pengunduran diri Qaddafi telah menjadi "tak dapat dihindarkan", kata Davutoglu, yang menambahkan pemimpin Libya itu "harus melakukan langkah bersejarah itu atas nama masa depan Libya, integritas wilayah dan perdamaian".