Ahad 05 Jun 2011 19:49 WIB

Rusia Kembali Kritik Serangan NATO ke Libya

Serangan Barat di Libya
Serangan Barat di Libya

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA-- Rusia memperingatkan upaya Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Libya dapat berubah menjadi gerakan darat setelah helikopter tempur digunakan untuk pertama kali terhadap pasukan pendukung pemimpin Moamar Gaddafi, Ahad.

"Ketika resolusi PBB diambil, kita berpikir bahwa itu adalah resolusi baik dalam cara mencegah dan menghentikan korban warga, termasuk penutupan wilayah udara Libya," kata Wakil Perdana Menteri Sergei Ivanov pada acara keamanan di Singapura.

"Tapi, yang pertama, kami tidak setuju bahwa menutup wilayah udara berarti ... sekarang menggunakan helikopter tempur atas sasaran darat, yang dalam pandangan saya yang terkini, tapi satu langkah sebelum gerakan darat," katanya.

"Tentu saja kita tidak mengartikan itu ketika mendukung resolusi tersebut," katanya merujuk pada resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang ditafsir sangat luas oleh persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO.

NATO mengerahkan helikopter tempur Inggris dan Prancis terhadap pasukan Gaddafi pada Sabtu sebagai bagian dari upaya melindungi warga sesuai dengan resolusi itu, yang melarang menggunakan pasukan darat.

Rusia pada ahir Mei menyebut pemboman atas Tripoli "awal genting" dari resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Libya, yang dapat meningkatkan kekerasan dan menyebabkan lebih banyak penderitaan.

"Kami jelas melihat pelanggaran berat lain atas Resolusi 1970 dan 1973 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata pernyataan kementerian luar negeri Rusia.

Rusia menyatakan upaya Barat membenarkan serangan itu dengan menunjuk ancaman terhadap warga oleh penguasa Moamar Gaddafi menafikan bahaya bahwa pemerintah Tripoli bahkan menjadi lebih "ngotot" dalam sikapnya.

"Serangan udara tidak menghentikan bentrok tentara di antara pihak Libya dan hanya menciptakan lebih banyak penderitaan di kalangan warga damai," kata kementerian luar negeri.

Rusia abstain dalam kedua resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Libya, yang memungkinkan pasukan asing melancarkan serangan udara. Rusia mengatakan sekutu pimpinan Barat melakukan serangan udara melampaui amanat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melindungi warga, dan menentang keras campur tangan asing dalam kemelut lain di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin pada akhir Maret mengutuk resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang memungkinkan tindakan tentara di Libya sebagai "seruan perang salib pada abad pertengahan" dan mengecam Washington untuk kesiapannya memamerkan kekuatan.

Dalam satu dari pernyataan paling kerasnya terhadap Barat dalam beberapa tahun belakangan, orang secara nyata nomor satu di Rusia itu mengatakan tidak ada nalar atau nurani pada tindakan tentara tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement