REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI--Situasi makin genting menjalar ke ibu kota Libya, Tripoli, menyusul masuknya tentara Dewan Transisi Nasional (NTC) ke kota terbesar di Libya tersebut. Tentara DTN yang disebut oleh pemerintah sebagai pemberontak masuk dari sisi barat.
Mereka tidak menemui hambatan berarti ketika merangsek melewati satu markas militer yang cukup strategis. Para tentara NTC mengklaim, kedatangan mereka dielu-elukan oleh warga setempat.
Masuknya tentara NTC ke Tripoli membuat menjadi perhatian serius negara-negara asing. Polandia sudah mengirimkan kapal laut untuk mengevakuasi seluruh diplomatnya, namun kapal tersebut tak bisa bersandar di pelabuhan Tripoli.
Pemerintah Jerman bahkan sampai harus mengirimkan satu unit pasukan khusus mereka untuk mengamankan para diplomat di Kedubes Jerman di Libia.
Sementara dari Italia, mantan tangan kanan pemimpin Libia Muammar Qadafi, Abdel Salam Jalloud mengatakan nasib Qadafi akan berakhir dalam 10 hari ini.
Jalloud bersama-sama Qadafi menjungkalkan pemerintah Libia pada 1969. Ia ikut mendirikan junta militer di Libia serta jadi orang nomor dua di industri minyak Libia, sebelum ia membelot ikut NTC.