Senin 22 Aug 2011 10:55 WIB

Siapa Tokoh yang Tepat Gantikan Qadafi?

Kolonel Muammar Qaddafi, sang pemimpin Libya.
Foto: freekasusyc1.blogspot.com
Kolonel Muammar Qaddafi, sang pemimpin Libya.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI-- Ia menjadi "duri dalam daging" bagi Barat, ia telah memimpin rakyatnya selama lebih dari 40 tahun, ia telah membuat negerinya dirundung embargo Barat, tapi ia seakan tak bisa dipisahkan dari nama negaranya.

Muamar Qaddafi, pada Ahad malam (21/8), tampil untuk mendesak rakyat Libya agar "menyelamatkan Tripoli" dari desakan pasukan oposisi. Sementara dua putranya dikuasai oposisi. Ibu kota negerinya dimasuki lawan dan lebih dari empat dasawarsanya kekuasaannya berada di ambang kehancuran.

Pasukan oposisi Libya memasuki Tripoli, Ahad malam, nyaris tak menghadapi perlawanan dari pasukan yang setia kepada Qaddafi.

Dengan tenda Badui dan perempuan pengawal yang bersenjata berat, Gaddafi telah menoreh citra seorang tokoh eksentrik yang tak bebas dari darah; ia dilaporkan siap menghukum mati para penentangnya dan mengerahkan tank terhadap para penentangnya.

Muammar Abu Minyar al-Qaddafi (atau al-Gaddafi) --yang dilahirkan di Surt, Tripolitania, 7 Juni 1942-- adalah pemimpin Libya sejak 1969. Jabatan yang disandangnya bukan merupakan jabatan resmi, tapi ia menyandang "Guide of the First of September Great Revolution of the Socialist People's Libyan Arab Jamahiriya" atau "Brotherly Leader and Guide of the Revolution".

Qaddafi adalah anak termuda dari satu keluarga miskin Badui (Bedouin), yang nomadik di daerah gurun pasir di Sirte. Dia mengenyam pendidikan sd tradisional yang religius dan bersekolah di sekolah menengah atas di Sebha di Fezzan dari 1956 hingga 1961.

Qaddafi dan sekelompok kecil temannya yang dia temui di sekolah itu kemudian membentuk kepemimpinan utama dari sebuah kelompok revolusioner militan yang pada kemudian hari merebut kekuasaan negara Libya.

Tokoh yang mengilhami Qaddafi adalah Gamal Abdul Nasser, seorang negarawan yang sangat terkenal di Mesir, yang naik takhta sebagai presiden dengan meminta persatuan Arab dan menghujat Barat. Pada 1961, Qaddafi dikeluarkan dari Sebha karena kegiatan politiknya.

Dia kemudian kuliah di Universitas Libya. Dia lulus dengan nilai yang sangat baik. Dia lalu bergabung dengan Akademi Militer di Benghazi pada 1963, tempat dia dan beberapa rekan militannya membentuk sebuah kelompok rahasia yang bertujuan menjatuhkan monarki Libya, yang pro-Barat.

Setelah lulus pada 1965, dia dikirim ke Britania untuk menjalani pelatihan lanjutan, dan kembali pada 1966 sebagai seorang perwira dalam Korps Sinyal. Qaddafi mempunyai delapan anak, tujuh di antara mereka lelaki. Putranya yang paling tua, Muhammad Al-Qaddafi, adalah ketua Komite Olimpiade Libya.

Satu-satunya putrinya, Ayesha Gaddafi, adalah seorang pengacara yang telah bergabung dengan tim pengacara Saddam Hussein. Putra keduanya Saif al-Islam al-Gaddafi --yang dilahirkan pada 25 Juni 1972-- adalah seorang insinyur dan politikus Libya. Ia adalah anak kedua Gaddafi dari istri keduanya, Safia Farkash. Saif adalah bagian dari lingkaran dalam ayahnya, dan melaksanakan tugas hubungan masyarakat serta diplomatik atas nama ayahnya.

Tahanan rumah

Kini Mohammed dikenakan tahanan rumah oleh pasukan oposisi, sementara Saif dilaporkan juga telah ditangkap oleh oposisi. Selama sebagian besar masa kekuasaannya, ia menjadi tokoh yang menonjol di dalam daftar merah Barat, tapi di dalam negeri ia memiliki kekuasaan kuat, tanpa pernah menyebutkan calon pengganti.

Namun belakangan ia berhasil "membuat lunak" Barat dengan mencela program senjata pemusnah massalnya sebagai imbalan bagi diakhirinya sanksi. Meskipun begitu ia tak bisa menghindari gelombang revolusi yang melanda seluruh dunia Arab.

Rakyat Libya menuntut Qaddafi turun dari jabatannya, yang telah dipimpinnya selama 42 Tahun. Unjuk Rasa terjadi di berbagai kota di Libya, seperti Tripoli, Tajoura, Zawiyah, Zintan, Ajdabiyah, Ras Lanuf, Al Bayda, Benghazi, Bin Jawed, Ar Rajban, dan Misratah.

Tokoh pemersatu

Namun, adakah tokoh pemersatu yang dapat memimpin Libya jika kekuatan oposisi mengambil-alih kekuasaan?

Saat ini, tampaknya jawabannya adalah "tidak ada!"

"Tak ada seorang pun pemimpin pemberontak yang dihormati oleh semua orang. Itu lah masalahnya," kata Maran Bokhari, Direktur Timur Tengah di perusahaan intelijen global STRATFOR.

Qaddafi telah memerintah negara penghasil minyak di Afrika Utara tersebut seperti tokoh yang dikultuskan. Tak ada lembaga negara yang akan membuat kekuatan oposisi memiliki kemudahan dalam melakukan peralihan kekuasaan.

Oposisi memiliki semangat yang berlimpah tapi kekurangan rantai komando yang layak bahkan sejak revolusi meletus pada Februari. Mereka juga disekubungi oleh perpecahan faksi dan suku.

Tokoh yang saat ini paling menonjol adalah pemimpin pemberontak Mustafa Abdel Jalil, pemimpin Dewan Peralihan Nasional (NTC), kelompok oposisi berbeda --yang menentang Qaddafi dan berpusat di kota Benghazi, Libya timur.

NTC terdiri atas mantan menteri pemerintah dan anggota lama oposisi yang mewakili pandangan yang sangat luas termasuk nasionalisme Arab, tokoh Islam, sekuler, sosialis dan pengusaha.

Abdel Jalil, pembuat konsensus yang berusia akhir 50-an, dipuji oleh Human Rights Watch atas pekerjaannya dalam pembaruan hukum pidana di Libya. Ia mengundurkan diri sebagai menteri kehakiman pada Februari, ketika kekerasan dilakukan terhadap pemrotes.

Tapi seperti mantan anggota lain lingkaran dalam Qaddafi, Abdel Jalil selalu dipandang dengan sinar mata curiga oleh sebagian pemberontak yang mengingini wajah yang benar-benar baru tanpa hubungan masa lalu dengan rejim yang memerintah negeri tersebut.

Tokoh lain, perdana menteri pemerintah bayangan pemberontak, Mahmoud Jibril, mantan pejabat senior pembangunan di bawah Qaddafi. Ia  memiliki kontak luas luar negeri dan telah menjadi utusan pemberontak.

Jibril --yang dilahirkan pada 1952-- mengenyam pendidikan di bidang Ilmu Politik dan Ekonomi di Cairo University pada 1975. Ia meraih gelas master di bidang Ilmu Politik pada 1980 dan doktor Ilmu Politik pada 1985, keduanya dari University of Pittsburgh.

Ia mengajar perencanaan strategis di Pittsburgh selama beberapa tahun, dan telah menerbitkan 10 buku mengenai perencanaan strategis dan pengambilan keputusan, termasuk "Imagery and Ideology in U.S. Policy Toward Libya, 1969-1982".

Pemberontak yang juga menonjol dan mungkin memainkan peran dalam kepemimpinan masa depan adalah Ali Tarhouni. Tokoh oposisi dan akademikus yang berpusat di AS tersebut kembali ke Libya untuk menangani masalah minyak dan keuangan buat pemberontak.

Ali Abdussalam Tarhouni --yang dilahirkan pada 1951-- adalah ahli ekonomi Libya. Pada 23 Maret 2011, ia ditunjuk sebagai menteri perminyakan dan keuangan NTC. Tarhoun belajar ekonomi di University of Libya, sampai ia harus melarikan diri pada 1973. Ia kehilangan kewarganegaraannya, dijatuhi hukuman mati dalam pengadilan tanpa kehadiran terdakwa dan dimasukkan ke dalam daftar orang yang dicari oleh pemerintah pada 1981.

Setelah berimigrasi ke Amerika Serikat, Tarhouni melanjutkan studinya, meraih gelar master (1978) dan Ph.D (1983) dari Michigan State University. Sejak 1985 ia telah menjadi Pengajar Senior di bidang Business Economics di University of Washington Michael G. Foster School of Business.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement