Jumat 26 Aug 2011 10:38 WIB

Oposisi Pindahkan Pusat Pemerintahan ke Tripoli

Dewan Transisi Nasional  Libya dikepalai oleh Mustafa Abdul Jalil
Foto: reuters
Dewan Transisi Nasional Libya dikepalai oleh Mustafa Abdul Jalil

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI-- Pemberontak Libya telah memindahkan kepemimpinan politik mereka ke ibu kota Tripoli dari markas mereka di Benghazi. Demikian diumumkan oleh seorang pejabat Dewan Transisi Nasional (NTC), Jumat.

"Saya umumkan dimulainya dan diterimanya kerja komite eksekutif di Tripoli," kata wakil pemimpin komite Ali Tarhuni pada konferensi pers. "Panjang umur Libya yang demokratis dan konstitusional serta kemuliaan bagi para martir kami."

Tarhuni, menteri perminyakan dan ekonomi dalam pemerintah sementara, juga telah menunjuk para pemegang jabatan penting kabinet termasuk menteri dalam negeri, menteri informasi dan menteri infrastruktur, dan juga kepala keamanan Tripoli.

Ia menambahkan bahwa pemimpin utama pemberontak -- pemimpin NTC Mustafa Abdel Jalil dan pemimpin komite eksekutif Mahmud Jibril -- akan tiba di Tripoli secepat mungkin keamanan mengizinkan. Tapi Tarhuni tidak sampai mengumumkan jatuhnya rezim Muamar Gaddafi, mengatakan bahwa pengumuman mengenai itu akan datang dari Jalil atau Jibril.

Ia berjanji pemberontak akan menangkap pemimpin yang telah memerintah Libya selama hampir 42 tahun itu, menambahkan bahwa larinya Gaddafi tidak menimbulkan rintangan pada perjalanan Libya yang baru, konstitusional dan demokratis.

"Kami bebas. Kami dapat bergerak di kota-kota kami. Ia (Gaddafi) adalah orang yang dalam selokan, bergerak dari selokan ke selokan ... Kami akan menangkapnya dan saat kami menangkapnya kami akan menceritakan pada anda bagaimana."

Di bidang diplomasi, menteri perminyakan itu mengatakan NTC akan menghormati semua janji dan perjanjian dengan negara lain, "sedikitnya dalam masa transisi hingga rakyat Libya memilih pemerintah mereka." Beralih ke kementeriannya sendiri, Tarhuni mengatakan sektor minyak akan memulai lagi kerja segera, mulai dengan pengaktivan kembali kilang minyak di kota Zawiyah di Libya barat.

Ia mengatakan NTC telah mengirim para insinyur untuk menilai ladang minyak besar di Misra dan Sarir dan juga instalasi di pelabuhan minyak Brega, dan bahwa ia memperkirakan kebangkitan kembali sektor minyak Libya segera.

Libya adalah produsen terbesar keempat di Afrika -- setelah Nigeria, Angola dan Aljazair -- dan satu dari 20 produsen terbesar di dunia.

Hasil minyak mentah negara Afrika utara itu berharga sangat khusus karena kndungan sulfurnya rendah dan dengan demikian lebih mudah untuk memprosesnya.

Pemimpin kelompok energi Italia ENI, Paolo Scaroni, mengatakan, Kamis, setelah pembicaraan dengan Jibril dan PM Italia Silvio Berlusconi bahwa memulailagi produksi minyak di Libya mungkin memerlukan waktu enam hingga 18 bulan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement