Ahad 06 Jan 2013 17:10 WIB

Sudan-Sudan Selatan Sepakat Bentuk Zona Penyangga

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dewi Mardiani
Sudan dan Sudan selatan
Sudan dan Sudan selatan

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir dan Sudan Selatan Salva Kiir sepakat untuk membentuk zona demiliterisasi perbatasan dan penyangga di sepanjang perbatasan yang mereka sengketakan, Sabtu (5/1).

Kesepakatan itu disampaikan oleh mediator Uni Afrika Thabo Mbeki saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Afrika di Addis Ababa, Ethiopia.

Kantor berita Sudan SUNA hanya mengatakan kedua presiden telah sepakat dalam pertemuan  KTT untuk melaksanakan semua tawaran yang ada dan mendirikan zona penyangga (buffer zone) tanpa ditunda.

Uni afrika menyebut KTT untuk meredakan ketegangan antara dua negara setelah berbulan-bulan lantaran perundingan seringkali tidak produktif. Dua negara ini masih sangat curiga satu sama lain.

‘’Mereka sudah setuju bahwa tindakan harus diambil sesegera mungkin untuk melaksanakan semua perjanjian yang ada tanpa syarat,’’ kata Mbeki seperti dilansir dari BBC News, Ahad (6/1). Mbeki juga mengatakan, para presiden juga sepakat bahwa keputusan perlu diambil untuk menciptakan zona demiliterisasi perbatasan yang aman.

Mbeki mengatakan, Bashir dan Kiir telah sepakat perbatasan sejauh hampir 2.000 km (1.200 mil). Selain itu, dua negara tersebut juga menyepakati zona penyangga (buffer zone) dan Sudan Selatan mengatakan akan melanjutkan produksi minyak.

Uni Afrika juga akan membuat proposal yang sifatnya non-mengikat untuk batas-batas lainnya. Kesepakatan itu, lanjut Mbeki, juga mencakup dimulainya lagi ekspor minyak Sudan selatan melalui pipa Sudan utara. ’’Kedua presiden akan bertemu lagi untuk memutuskan kesepakatan wilayah perbatasan Abyei, yang keduanya klaim sebagai milik mereka,’’ ujar Mbeki.

Keamanan pejabat dari kedua belah menyatakan, pembicaraan lebih lanjut akan terjadi di Ethiopia, Ahad (13/1) mendatang. Namun, baik Bashir dan Kiir enggan memberikan pernyataan setelah KTT tersebut.

Dikutip dari France24, Ahad (6/1), Perdana Menteri Ethiopia Hailemariam Desalegn memuji kesepakatan kedua pemimpin. Pekan lalu Hailemariam pergi ke dua negara ini untuk membantu proses kesepakatan. Sudan Selatan mengadakan pemungutan suara dan memisahkan diri dari Sudan pada tahun 2011 lalu.

Sudan Selatan menuduh Sudan mencuri minyak ketika minyak di Sudan Selatan dipompa dan melalui pipa Sudan sampai awal tahun 2012 lalu.  Kedua belah pihak juga terlibat perang selama beberapa dekade dan masih tidak percaya satu sama lain.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement