Selasa 12 Feb 2013 07:23 WIB

Lagi, Korut Siapkan Aksi Militer

Roke Korea Utara Unha-3 mengusung sateling Kwangmyongsong-3 dalam peluncuran 12 Desember lalu.
Foto: Set You Free News
Roke Korea Utara Unha-3 mengusung sateling Kwangmyongsong-3 dalam peluncuran 12 Desember lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Partai Komunis penguasa Korea Utara menyerukan adanya aksi militer "berintensitas tinggi" serta lebih banyak lagi percobaan peluncuran roket jarak jauh, tulis media pemerintah, Selasa.

Sebuah rapat komite eksekutif (politbiro) Partai Komunis menyerukan adanya gelaran "habis-habisan" berintensitas tinggi," tulis Kantor Berita KCNA pada Selasa, tanpa merinci apakah hal yang dimaksud itu merupakan percobaan nuklir.

Komite Eksekutif itu juga menekankan pentingnya peluncuran satelit dan roket jarak jauh yang kuat, lapor KCNA.

Pernyataan tersebut sejalan dengan pengumuman Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara pada bulan lalu, yang menyatakan pihaknya akan melakukan percobaan nuklir tingkat tinggi serta menggelar peluncuran roket lagi.

Sejak pengumuman itu, komunitas internasional berkali-kali mengeluarkan peringatan agar Pyongyang mengurungkan niat mereka, sekaligus terus memantau lokasi percobaan nuklir Korut melalui pencitraan satelit guna mengantisipasi aktifitas yang direncanakan itu.

Pada Senin, Kantor Berita Korea Selatan Yonhap melaporkan tidak ada aktifitas yang berlangsung di lokasi percobaan itu selama beberapa hari, dengan kemungkinan para staf yang diliburkan menjelang percobaan tersebut.

Tetapi beberapa pejabat menduga bahwa aktivitas tersebut mungkin berkaitan dengan Liburan Tahun Baru China yang jatuh pada akhir pekan lalu.

Sebelumnya muncul spekulasi di Korea Selatan bahwa Korut akan menggelar percobaan tersebut menjelang ulang tahun pemimpin terdahulu mereka, Kim Jong-il, yang jatuh pada 16 Februari.

Pyongyang mengatakan percobaan mereka merupakan respon langsung atas pemberlakuan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang digagas Amerika Serikat.

Resolusi tersebut berisi sejumlah sanksi serta kutukan atas gelaran percobaan nuklir terakhir Korut yang dilakukan pada Desember lalu.

Pyongyang ersikeras bahwa peluncuran roket tersebut merupakan misi ilmiah yang bertujuan untuk menempatkan satelit komunikasi mereka di orbit.

Tetapi Amerika Serikat dan sejumlah negara lain melihat hal itu sebagai percobaan misil balistik, yang dilarang lewat resolusi PBB pasca-percobaan nuklir Pyongyang sebelumnya pada 2006 dan 2009.

Kesimpangsiuran terkait percobaan nuklir ketiga itu ditambah lagi dengan laporan media resmi pemerintah Korut yang mengatkaan bahwa Presiden AS dan Korsel telah menyimpulkan bahwa percobaan itu akan segera digelar.

Selain itu pertemuan Komite Eksekutif Partai Komunis Korut juga menekankan pentingnya kesiapan Tentara Rakyat Korea (KPA) untuk bertempur dalam waktu apapun serta bersiaga untuk menyerang Korsel dan tentara AS yang ditempatkan di negara tetangga mereka itu.

"Disebutkan bahwa sekali perintah dikeluarkan, KPA harus menyerang benteng pertahanan dengan sebuah serangan dan menyapu bersih tentara imperialis AS dan tentara boneka Korsel," tulis KCNA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement