REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Dua menteri Sunni mengundurkan diri dari kabinet Irak, Selasa (23/4). Pengunduran diri itu terjadi setelah pasukan keamanan menghadapi pemrotes di wilayah utara negara itu, menyulut bentrokan yang menewaskan puluhan orang, kata sejumlah pejabat.
"Menteri Pendidikan Mohammed Ali Tamim mengundurkan diri setelah pasukan Angkatan Darat Irak memasuki daerah tempat aksi duduk di provinsi Kirkuk," kata seorang pejabat di kantor Wakil Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. "Pengunduran diri itu final dan tidak akan dibatalkan," kata pejabat itu, seperti dilansir dari AFP, Rabu (24/4).
Ketua Parlemen Osama al-Nujaifi mengatakan kemudian pada jumpa pers, Menteri Sains dan Teknologi Abdulkarim al-Samarraie mengatakan kepadanya melalui telepon, ia juga mengundurkan diri.
Bentrokan antara pasukan keamanan dan pemrotes pada pagi hari di dekat Hawijah, Irak utara, menewaskan 27 orang, sementara 13 orang bersenjata tewas ketika melakukan serangan balasan ke posisi-posisi militer.
Dengan pengunduran diri kedua menteri itu, jumlah anggota kabinet yang meninggalkan pemerintah Perdana Menteri Nuri al-Maliki menjadi empat orang sejak Maret. Menteri Pertanian Ezzedine al-Dawleh mengundurkan diri pada 8 Maret setelah seorang pemrotes tewas di Irak utara, dan Menteri Keuangan Rafa al-Essawi, yang beberapa pengawalnya ditangkap atas tuduhan terorisme pada Desember, mengumumkan pengunduran dirinya pada 1 Maret.
Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak. Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.