Selasa 28 Apr 2015 01:21 WIB

Nepal Mencekam, Petugas Medis Mulai Kebingungan

Red: Ilham
Suasana mencekam pascagempa Nepal direkam dengan alat drone
Foto: The Mirror
Suasana mencekam pascagempa Nepal direkam dengan alat drone

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah rekaman yang tragis ini menunjukkan pemandangan secara luas kehancuran yang terjadi akibat gempa bumi di Nepal. Dilaporkan secara resmi korban tewas akibat guncangan berkekuatan 7,9 Skala Ritcher (SR) ada lebih dari 3.000 orang dan 5.800 orang terluka.

Palang Merah Internasional memperkirakan masih ada 90 warga Inggris dan Irlandia yang masih hilang dalam bencana itu.

Dilansir The Mirror, (28/4), seorang pengguna Facebook, Kishor Rana menggunakan alat drone untuk merekam kehancuran di Lembah Kathmandu. "Ini membuat putus asa, tapi kita semua harus bersatu, bersama-sama di saat seperti ini," tulis Rana bersama lampiran video itu. "Untuk menghormati keluarga korban, saya tidak mengambil cuplikan penyelamatan korban yang terjadi."

Video itu menerawang aktivitas penduduk dan kehancuran bangunan di Kathmandu dari atas. Terlihat situs-situs warisan budaya Nepal hancur berantakan. "Kami tidak hanya kehilangan banyak nyawa dan rumah, tapi kami kehilangan banyak warisan budaya, sejarah kita. Ini adalah cuplikan dari semua situs warisan kuno budaya yang hancur saat gempa."

Sebagian besar ibukota Kathmandu kehilangan aliran listrik dan air. Sementara tenda bermunculan di mana-mana. Petugas rumah sakit merawat pasien yang kritis dan terluka di jalanan karena terlalu berbahaya jika membawa mereka ke dalam ruangan. Gempa susulan masih mengancam penduduk Nepal.

Di jalan depan Kathmandu Medical College, dokter telah menyiapkan sebuah tempat untuk praktek operasi. Tenda itu hanya digunakan untuk pasien yang paling kritis.

Lembaga amal dunia telah mengirimkan para dokter dalam sebuah tim medis. Mereka terdiri dari 12 dokter profesional dengan perlengkapan medis untuk membantu korban yang paling parah .

Direktur Badan Amal Inggris, Leigh Daynes mengatakan, saat ini mereka mengalami kesulitan logistik karena jalan tertutup dan komunikasi terganggu. Menurut dia, sistem kesehatan Nepal memang sudah sangat rendah sebelum gempa terjadi, terutama di daerah pedesaan.

"Sekarang rumah sakit benar-benar tidak mampu, infrastruktur telah hancur dan ribuan orang tidur di jalanan. Apalagi sedang musim hujan, ini adalah bencana paling besar dan menuntut respon medis yang mendesak," katanya.

Menurut dia, gempa susulan telah membuat pesawat yang membawa bantuan logistik tidak berani mendarat di bandara Kathmandu. "Kami harus memberikan semuanya untuk solidaritas Nepal, merespon dengan bekerja tanpa lelah selama 48 jam," katanya. Mereka telah berusah semampu tenaga untuk terus melakukan operasi medis. "Tapi kami menghadapi kekurangan, bahan untuk melaksanakan operasi medis mendesak."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement