Selasa 07 Jul 2015 03:50 WIB

Upaya Pemerintah Cina Menghapus Identitas Islam Xinjiang

Imam masjid melaksanakan azan di masjid terbesar kedua di wilayah Xinjiang.
Foto:

Sebenarnya, upaya warga Uighur memisahkan diri dari Cina, sudah mencuat ketika Dinasti Qing runtuh. Pada 1912 lalu, pemerintahan diambil alih oleh Republik Cina yang dimotori Partai Kuomintang-nya Sun Yat Sen dan Chiang Kai-shek.

Pada 1928, musibah mulai menimpa Muslim Xinjiang, ketika seorang warlord Han, Jin Shuren, mengambil alih tampuk kekuasaan. Dia penindas, korup, dan pembenci Muslim, terutama dari etnik Turki. Banyak tanah Muslim yang disita Jin, lalu dialihkan kepada para kolega nya, tentu dari etnis Han. Walhasil, orang Cina-Han pun kerap menjadi sasaran kebencian. Sejak Jin Shuren menjadi gubernur, sering terjadi kerusuhan etnik dan agama.

Jin juga menghapuskan pemerintahan feodal Kumul Khanate, wilayah utara Xinjiang yang dihuni etnis Uighur, yang semula wilayah semi otonom. Mereka pun memberontak menghendaki restorasi. Tapi, Jin malah membeli dua pesawat dari Uni Soviet pada September 1931. Pesawat yang diperlengkapi senjata mesin dan bom ini diterbangkan pilot Rusia dan mulai membantai para pejuang Kumul Uighur.

Kuomintang yang gerah pada Jin yang dekat dengan Rusia, mengerahkan jenderal Muslim beretnis Hui, Ma Zhong ying, untuk menumbangkan Jin. Jenderal Ma memimpin Divisi ke-36, yang sebagian besar personelnya Muslim Hui.

Pada Perang Urumqi, 1933, Jenderal Ma yang bekerja sama dengan Kumul Uyghur menang. Jin kabur ke Uni Soviet. Pada 1933, juga terjadi gerakan Uyghur di Xinjiang selatan. Dipimpin Muhammad Amin Bughra dan  saudaranya Abdullah Bughra and Nur Ahmad Jan Bughra, mereka menghendaki kemerdekaan total dari Cina-Han, maupun Cina-Hui.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement