Selasa 07 Jul 2015 03:50 WIB

Upaya Pemerintah Cina Menghapus Identitas Islam Xinjiang

Imam masjid melaksanakan azan di masjid terbesar kedua di wilayah Xinjiang.
Foto:

Pada 1955, provinsi Xinjiang diganti namanya menjadi Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang. Adanya kata Uyghur di situ, menandakan bahwa otonomi itu diberikan kepada orang, bukan sekadar kepada wilayah. Sebab, orang Uyghur adalah mayoritas. Mao setuju dengan nama itu.

Tapi, RRC kemudian terus memobilisasi orang ke kawasan kaya migas dan bahan tambang tersebut, sehingga pada tahun 2000 lalu, jumlah Muslim Uighur telah kurang dari separuh dibanding orang Han yang berjumlah 10 juta orang. Itu belum termasuk imigran gelap orang Han.

Perimbangan demografi tersebut dipercepat oleh Beijing sejak 1990-an lalu, ketika Beijing mulai membangun Xinjiang, yang dikombinasikan dengan aturan-aturan yang mengekang praktik Islam. Entah sudah berapa banyak kekerasan yang terjadi, dan berapa berapa ribu orang meninggal karenanya.

Sudah ditindas, didiskriminasi, orang Uighur pun mudah dicap sebagai teroris. “Pemerintah mengatakan semua orang Uighur, jika mereka berjanggut atau mengenakan hijab, mereka adalah teroris,” Abdul Majid, pemilik toko ponsel di sekitar Alun-alun Rakyat, Kashgar, menuturkan kepada Aljazeera.

Sampai kapan nestapa mendera Xinjiang?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement