Selasa 07 Jul 2015 03:50 WIB

Upaya Pemerintah Cina Menghapus Identitas Islam Xinjiang

Imam masjid melaksanakan azan di masjid terbesar kedua di wilayah Xinjiang.
Foto:

Pada 12 November 1933, mereka memproklamasikan Republik Turkistan Timur. Perdana menterinya Sabit Damulla Abdulbaki, Muhammad Amin Bughra sebagai panglima perang. Republik Islam Uyghur (Sherqiy Türkistan Islam Jumhuriyiti) alias Uyghuristan ini mencakup Kashgar, Khotan and Aqsu. Ironisnya, republik baru ini dihancurkan oleh Jenderal Ma, pada Perang Kashgar, 1934. Republik Turkistan Timur pun berakhir.

Sheng Shicai, panglima perang asal Manchuria, yang didukung Soviet, kemudian jadi gubernur baru Xinjiang. Tapi, posisi politik Sheng mirip belaka dengan Jin. Demi keamanan Xinjiang dari se rangan Jepang maupun pem berontak, dia bekerja sama dengan Uni Soviet. Sebagai imbalanya, Soviet dapat konsensi sumur minyak, pertambangan timah dan tungsten (sejenis logam yang kuat), dan perdagangan yang menguntungkan Rusia. Bahkan, pada 26 November 1940, Sheng Shicai membuat perjanjian dengan Soviet yang menjamin konsesi provinsi Xinjiang untuk 50 tahun.

Eksplorasi mineral besar-besaran pun dilakukan di Xinjiang, termasuk Uranium di pegunungan dekat Kashgar. Pada 1944, Presiden dan perdana menteri Republik Cina, Chiang Kai-shek, melihat gelagat Sheng Shicai meng gabungkan Xinjiang dalam Uni Soviet, menarik Sheng Shicai. Dia dimutasi menjadi menteri pertanian.

Menyusul hengkangnya Sheng Shi cai dari Xinjiang, Republik Turkistan Timur kembali dideklarasikan pada 12 November 1944. “Alhamdulillah pemerintahan Turkistan Islam terbentuk. Bantuan Allah telah diberikan kepada kita untuk mengusir pemerintahan penindas Cina dari tanah nenek moyang kita,” kata Ali Khan Ture, salah satu pendirinya.

Ada dua presiden di Republik Tur kistan Timur jilid II ini. Yang pertama Ali Khan Ture (1944–1946), yang kedua adalah Ehmetjan Qasim (1946–1949). Negara ini membentuk pasukan militer terstruktur rapi pada 8 April 1945, yang terdiri atas enam resimen berbagai etnis, seperti Uyghur, Kazakh, China Muslim-Hui, dan Mongol.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement