Selasa 01 Dec 2015 09:28 WIB

Asa Warga Korut di Kedai Kopi

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Warga Korut yang kabur dari negaranya Jang Eun-jung sedang membuat espresso di kafe Yovel di Seoul, Korsel.
Foto:

Park akhirnya menemukan orang untuk beinvestasi. Ada yang menyumbang 10 dolar, 1.000 dolar hingga terkumpul total 23 ribu dolar AS. Ia juga mendapat pinjaman 30 ribu dolar AS dari organisasi pembiayaan mikro Katolik.

Lalu ia mulai mendirikan kafe, dan merekrut setiap warga Korut lain seperti dirinya untuk bergabung bersamanya. Tak hanya menjadi pekerja, mereka bisa memiliki saham dari kedai kopinya.

Park yang datang ke Korsel pada pertengahan 90-an membuka satu kafe di gedung IBK di Yongin pada Desember. Cabang kedua dibukanya pada April di Seoul.

Pelanggan kadang-kadang meminta pelayan kedai mengisahkan aksi pembelotan mereka. Untuk menikmati cerita mereka cukup memesan kopi seharga satu atau dua dolar AS per cangkir. Tapi itu pun sudah membuat pelayan berbahagia.

Jang Eun-jung (29 tahun) yang bekerja di kedai Park bercerita, menurutnya jujur sangat sulit hidup di Korsel. Ia awalnya merasa sangat sulit untuk menetap di Korea Selatan karena perbedaan bahasa dan perbedaan budaya.

Tapi ia telah berada di Selatan selama satu dekade, keluar dari keterpurukan dengan pekerjaan di restoran dan salon kecantikan sebelum datang untuk bekerja dengan Park. Untuk Jang, ini jauh lebih memuaskan.

"Sebelumnya, saya bekerja untuk uang, tapi sekarang saya merasa seperti saya sedang bekerja untuk visi saya setelah unifikasi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement