Rabu 06 Jan 2016 15:18 WIB

3 Alasan Mengapa Saudi dan Iran 'Bermusuhan'

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Demonstran Iran meneriakkan slogan sambil membawa foto ulama Syiah Sheikh Nimr al-Nimr saat demo menentang eksekusinya di Saudi Arabia, di luar Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran 3 Januari 2016.
Foto:
Revolusi Iran 1979

Keretakan baru-baru ini antara Iran dan Arab Saudi sesungguhnya bisa ditelusuri sejak pecahnya Revolusi Iran pada 1979. Saat itu, otoritas keagamaan Syiah mulai mengambil alih.

Teheran juga mulai mendukung milisi Syiah dan pihak lain di luar negeri. Sementara, Riyadh langsung memperkuat pemerintahan Sunninya dengan membentuk Dewan Kerja Sama Teluk (GCC).

Hubungan Saudi dan Iran juga memanas pada 1980-an setelah Saudi menangguhkan hubungan diplomatik dengan Iran selama tiga tahun. Pemutusan hubungan terjadi karena beberapa hal, salah satunya insiden bentrokan haji pada 1987 yang menewaskan ratusan jamaah Iran.

Tonggak penting lain adalah invasi Amerika Serikat di Irak pada 2003. Kemudian Arab Spring, di mana Saudi melihat Iran mendukung Presiden Bashar al-Assad di Suriah.

Saudi pun sempat merasa terancam dengan kesepakatan nuklir Iran. Kerajaan itu khawatir pelonggaran sanksi memungkinkan Teheran lebih mendukung kelompok-kelompok Syiah di Timur Tengah.

Selain itu, Iran juga kembali berang dengan Saudi setelah insiden Mina yang menewaskan banyak jamaah Iran. Dari sejarah panjang hubungan keduanya, eksekusi Nimr al-Nimr nampaknya merupakan pemantik baru dari ketegangan hubungan kedua negara yang telah lama memanas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement