Keretakan baru-baru ini antara Iran dan Arab Saudi sesungguhnya bisa ditelusuri sejak pecahnya Revolusi Iran pada 1979. Saat itu, otoritas keagamaan Syiah mulai mengambil alih.
Teheran juga mulai mendukung milisi Syiah dan pihak lain di luar negeri. Sementara, Riyadh langsung memperkuat pemerintahan Sunninya dengan membentuk Dewan Kerja Sama Teluk (GCC).
Hubungan Saudi dan Iran juga memanas pada 1980-an setelah Saudi menangguhkan hubungan diplomatik dengan Iran selama tiga tahun. Pemutusan hubungan terjadi karena beberapa hal, salah satunya insiden bentrokan haji pada 1987 yang menewaskan ratusan jamaah Iran.
Tonggak penting lain adalah invasi Amerika Serikat di Irak pada 2003. Kemudian Arab Spring, di mana Saudi melihat Iran mendukung Presiden Bashar al-Assad di Suriah.
Saudi pun sempat merasa terancam dengan kesepakatan nuklir Iran. Kerajaan itu khawatir pelonggaran sanksi memungkinkan Teheran lebih mendukung kelompok-kelompok Syiah di Timur Tengah.
Selain itu, Iran juga kembali berang dengan Saudi setelah insiden Mina yang menewaskan banyak jamaah Iran. Dari sejarah panjang hubungan keduanya, eksekusi Nimr al-Nimr nampaknya merupakan pemantik baru dari ketegangan hubungan kedua negara yang telah lama memanas.