Rabu 06 Jan 2016 15:18 WIB

3 Alasan Mengapa Saudi dan Iran 'Bermusuhan'

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Demonstran Iran meneriakkan slogan sambil membawa foto ulama Syiah Sheikh Nimr al-Nimr saat demo menentang eksekusinya di Saudi Arabia, di luar Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran 3 Januari 2016.
Foto:
Bocah korban konflik suriah

Hari ini ada dua titik nyala besar dari konflik di Timur Tengah yang sedang berlangsung, yakni konflik di Suriah dan di Yaman.

Dalam konflik Yaman, Saudi menuduh Iran mendukung kelompok Syiah Houthi. Begitu pula di Suriah, Saudi mengatakan Iran mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad. Iran ingin Assad tetap dalam pemerintahan Suriah, sebaliknya Saudi meminta Assad mundur.

Sebelumnya, ada upaya untuk membawa kedua kubu di konflik panjang Suriah duduk bersama demi menyelesaikan perang yang telah memakan 250 ribu korban jiwa itu. Tapi putusnya hubungan diplomatik Riyadh-Teheran nampaknya membuat peluang damai di Suriah semakin jauh.

Apa yang terjadi berikutnya akibat konflik ini belum jelas. Namun, jelas jika ini terus berlanjut akan membuat situasi kian berbahaya. Misalnya, penderitaan warga Yaman dan Suriah akan semakin panjang karena konflik akan semakin jauh dari penyelesaian.

Reaksi internasional telah diprediksi. Sekutu mulai mengambil langkah-langkah mengikuti Saudi seperti pengurangan bahkan pemutusan hubungan dengan Iran. Sementara negara kekuatan dunia menyerukan penurunan ketegangan.

Prediksi terburuk dari beberapa komentator menyatakan, kawasan tersebut kemungkinan akan jatuh dalam versi lain Perang Tiga Puluh Tahun seperti yang terjadi antara negara Katolik dan Protestan pada abad ke 17 lalu. Namun banyak pula yang berharap, pihak bertikai dapat mengikuti nasihat kakak Nimr, Mohammed yang menyatakan protes harus berlangsung damai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement