Ahad 28 Feb 2016 16:11 WIB

Skandal Pelecehan Seksual dan Bayi-Bayi Penjaga Perdamaian

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Pasukan internasional asal Kongo sedang berjaga-jaga di jalanan Bangui, Republika Afrika Tengah, yang sedang berkecamuk.
Foto:

PBB mengerahkan sebuah misi berisi 12 ribu anggota yang mencakup pasukan dari 46 negara dikenal dengan MINUSCA. Misi ini didirikan dengan tujuan memberikan keamanan dan melindungi warga sipil.

Dilansir The Washington Post, Sabtu (27/2), pejabat PBB mengakui mereka sedang bergulat dengan gangguan serius dalam pasukan perdamaian mereka. Bulan ini, mereka mengatakan sedang menyelidiki kasuas empat gadis yang diduga mengalami ekspolitasi atau pelecehan seksual di kamp pengungsi di pusat perfektur Ouaka.

Pada Januari lalu, mereka juga mengatakan setidaknya empat penjaga perdamaian telah dituduh membayar gadis sebesar 50 sen untuk mendapat layanan seksual di sebuah kamp di Bangui.

Kepala MINUSCA yang baru saja diangkat, Parfait Onanga-Anyanga mengaku khawatir laporan kasus ini mungkin hanya puncak dari gunung es. "Kami akan dibanjiri klaim ayah," ujarnya dalam sebuah wawancara.

Namun kasus skandal seksual yang melibatkan pasukan penjaga perdamaian nyatanya bukan kali ini saja menjerat PBB. Di Bosnia pada 1990-an, pasukan penjaga perdamaian dituduh meminta layanan seksual dari perempuan yang diperdagangkan dan diperbudak di rumah bordil lokal.

Di Republik Demokratik Kongo awal 2000-an, lebih dari 150 tuduhan pelecehan dan eksploitasi dilayangkan pada pasukan penjaga perdamaian. Penyelidik PBB juga menemukan banyak korban diduga merupakan anak yatim dari misi PBB di Kosovo, Haiti, Liberia dan tempat-tempat lain yang juga ternoda tuduhan tuduhan tersebut.

PBB mengatakan telah melakukan penyelidikan internal dan program pelatihan untuk perubahan. Namun keluhan terus bergulir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement