Senin 29 Feb 2016 16:25 WIB

Hidup Mati Perusahaan Cina

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Pekerja pabrik di Provinsi Guangdong, Cina.
Foto:

Ekspor dari provinsi Guangdong yang memiliki ekonomi lebih besar dari Indonesia diperkirakan tumbuh hanya satu persen tahun ini. Para pengamat mengatakan, banyak pabrik kecil terpukul oleh perlambatan permintaan domestik dibanding pasar ekspor.

Itu adalah berita buruk bagi pembuat kebijakan di Beijing yang berebut untuk menstabilkan pasar keuangan yang pingsan. Pertumbuhan melambat menjadi 6,9 persen tahun lalu, terlemah dalam seperempat abad.

 

Stanley Lay yang menjalankan sebuah pabrik arloji mengatakan ketidakpastian di Eropa, termasuk krisis pengungsi dan kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa bisa merusak kepercayaan konsumen di sana dan berdampak pada pabrik Cina. Menurutnya, akan ada pabrik yang melakukan beberapa perubahan dengan mempersempit skala pabrik atau pindah ke tempat lain.

"Kami mengikuti tren pasar. Jika kami tidak akan menerima pesanan yang cukup pada pertengahan tahun, kami harus mengurangi tenaga kerja. Tapi untuk saat ini, kami ingin menjaga tenaga kerja kami stabil," ujarnya.

Sekretaris Partai Komunis Dongguan Xu Jianhua mengatakan, ada kehidupan dan kematian perusahaan di sebuah kota industri besar tersebut. Sebanyak 39 ribu perusahaan telah tutup di Dongguan tahun lalu, termasuk 500 perusahaan invetasi asing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement