Pada hari ini 1755, sekitar 50 ribu orang tewas karena gempa. Bencana alam itu menimpa Lisbon, Portugis. Kota ini adalah ibu kota dan kota terbesar yang paling sejahtera pada abad 18.
Saat itu, berlian dan emas dari Portugis berhasil membuatnya jadi negara kaya raya. Sekitar 10 persen dari populasi Portugis tinggal di Lisbon. Kota ini memiliki pelabuhan terbesar yang menghadap Samudera Atlantik.
Kota ini memainkan peran penting dalam perdagangan dunia. Pada 1744, Lisbon adalah pusat Katolik utama dan rumah bagi otoritas religius Katolik.
Pada All Saint Day, tiga guncangan dalam 10 menit membuat Lisbon hancur berantakan. Kekuatan gempa yang bisa tercatat saat itu menunjukkan 8,0 SR jika dikonversi pada hitungan sekarang.
Guncangannya terasa sampai Maroko. Kehancuran kota pun merata di seluruh kota. Dekat pantai, tsunami setinggi 20 kaki mengantam bibir pantai dan membunuh ribuan orang.
Orang-orang yang sedang merayakan hari Katolik pun berkubur di bawah gereja-gereja. Kebakaran terjadi sebagai akibat dari guncangan. Angin membuat api menyebar dengan cepat.
Istana kerajaan bahkan hancur. Hampir seluruh tempat bersejarah, arsitektur seni dan perpustakaan rata secara instan. Ratusan orang melarikan diri, termasuk para tahanan.
Setelah ditimpa bencana hebat, Marquis Pombal dipilih untuk membangun kembali kota. Rekonstruksi dibuat dari bahan-bahan yang masih bisa dipakai.
Sementara pembangunan ulang terbilang sukses, banyak orang relijius mengklaim bencana itu adalah hukuman Tuhan. Lisbon disebut-sebut sebagai kota penuh dosa. Salah satu parodi yang terkenal dibuat oleh Voltaire dalam bukunya Candide.