REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Wakil Presiden AS terpilih, Mike Pence, membela Donald Trump yang melakukan percakapan telepon dengan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen. Menurut Pence, panggilan telepon yang memicu protes diplomatik dari Cina itu hanya sebuah panggilan resmi, tanpa ada maksud lain.
Pence mengelak adanya pergeseran kebijakan Pemerintah AS yang ditandai dengan panggilan telepon tersebut. Diketahui, percakapan dengan Tsai adalah hubungan pertama AS dengan Taiwan sejak mantan Presiden Jimmy Carter mengalihkan hubungan diplomatik Taiwan ke Cina pada 1979.
"Ini adalah sebuah panggilan telepon resmi. Presiden Taiwan yang terpilih secara demokratis, mengucapkan selamat kepada Presiden AS," ujar Pence dalam wawancara dengan NBC, Ahad (4/12).
Pence mengatakan, ia tidak mengetahui adanya kontak antara tim transisi Trump dengan Pemerintah China sejak Jumat (2/12) lalu. Ia berharap tim transisi akan meredakan ketegangan dengan Cina yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.
Pence menambahkan, panggilan telepon resmi dari Presiden Taiwan sama dengan panggilan dari Presiden Cina, Xi Jinping, beberapa bulan lalu. Keduanya sama-sama memberikan ucapan selamat atas terpilihnya Trump.
Baca juga, Donald Trump Menangkan Pilpres AS.
"Saya hanya akan mengatakan kepada rekan-rekan kami di Cina, bahwa panggilan ini hanya panggilan resmi. Trump menerima telepon dari Presiden Xi Jinping dua pekan lalu dengan cara yang sama. Bukan untuk mendiskusikan kebijakan," kata dia.
Saat kampanye, Trump sempat mengecam Cina dan akan memberikan label terhadap negara itu sebagai manipulator uang. Saat ditanya mengenai hal itu, Pence mengatakan semua kebijakan Trump bisa dilihat setelah Trump resmi dilantik pada 20 Januari 2017 mendatang.