Kamis 02 Feb 2017 14:28 WIB

Trump Lakukan Pembicaraan Terburuk dengan PM Australia

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Donald Trump sempat berbicara dengan PM Australia Malcolm Turnbull pada Ahad (29/1). Keduanya membahas masalah kesepakatan pengungsi.
Foto: Reuters/Jonathan Ernst
Presiden Donald Trump sempat berbicara dengan PM Australia Malcolm Turnbull pada Ahad (29/1). Keduanya membahas masalah kesepakatan pengungsi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull telah melakukan perbincangan melalui telepon. Kedua pemimpin negara membahas persoalan tentang kesepakatan pengungsi.

Namun, hal itu nampaknya menjadi perbincangan terburuk antara Trump dan salah satu pemimpin negara. Panggilan tersebut dikatakan hanya berlangsung selama 25 menit karena Turnbull mengakhiri pembicaraan secara tiba-tiba.

Trump kemudian disebut masih mempertimbangkan dan mempelajari dengan seksama mengenai kesepakatan pengungsi itu. Ia nampaknya keberatan dan mengatakan, Turnbull mencari cara untuk mengekspor pelaku teroris ke AS.

"Saya akan mempelajari lebih dulu tentang kesepakatan 'bodoh' ini Mengapa Obama bisa setuju mengambil ribuan imigran dari Australia?" ujar Trump melalui akun jejaring sosial Twitter  seperti dilansir BBC, Kamis (2/2).

Kesepakatan tentang pengungsi pertama kali dicapai saat AS di bawah pemerintahan mantan presiden Barack Obama. Perjanjian melibatkan 1250 orang yang merupakan migran Australia dan saat ini ditahan di dua pulau Pasifik, Nauru dan Manus.

Mereka sebelumnya dipertimbangkan untuk dapat bermukim di AS. Australia secara kontroversial telah menolak untuk menerima para pengungsi tersebut dan hendak memastikan bahwa pemerintah AS yang dipimpin Trump tetap mempertahankan kesepakatan yang dibuat pada November 2016 lalu dan ditetapkan melalui PBB.

Tetapi, hal ini menjadi rumit karena Trump mengeluarkan sebuah perintah eksekutif yang melarang pengungsi dari tujuh negara mayoritas Muslim datang ke AS setidaknya dalam empat bulan ini.

Pengungsi yang ada di Manus dan Nauru, Australia diketahui banyak berasal dari Iran, Irak, dan Somalia yang termasuk dalam daftar larangan kebijakan baru di Negeri Paman Sam itu.

Baca juga, Trump Minta Tutup Akses Masuk Muslim ke AS.

Sementara itu, Turnbull mengatakan kesepakatan tetap akan dipenuhi oleh Trump. Hal itu karena ada bagian dari kebijakan imigrasi yang dibuat oleh miliarder itu  yang menyatakan AS tetap bisa menerima pengungsi di bawah perjanjian internasional telah ditetapkan.

"Saya cukup kecewa dengan percakapan bersama Trump yang jujur dan terus terang, namun berterima kasih karena ia setuju menegakkan kesepakatan," jelas Turnbull.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement