Senin 04 Sep 2017 13:33 WIB

'Panitia Nobel Salah Pilih Orang'

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Agus Yulianto
Aliansi Kemanusiaan Peduli Rohingya yang datang dari sejumlah elemen kelompok masyarakat di NTB turun ke jalan memprotes kebiadaban militer Myanmar terhadap warga Rohingya. Massa aksi mulai berjalan dari Gelanggang Pemuda NTB menuju Islamic Center NTB dan berakhir di Kantor Gubernur NTB, Senin (4/9).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Aliansi Kemanusiaan Peduli Rohingya yang datang dari sejumlah elemen kelompok masyarakat di NTB turun ke jalan memprotes kebiadaban militer Myanmar terhadap warga Rohingya. Massa aksi mulai berjalan dari Gelanggang Pemuda NTB menuju Islamic Center NTB dan berakhir di Kantor Gubernur NTB, Senin (4/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kegeraman masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) atas kebiadaban yang dilancarkan Pemerintah Myanmar terhadap warga Rohingya di Rakhine, tampaknya sudah tidak terbendung lagi. Melalui sejumlah konsolidasi, sejumlah organisasi kemasyarakatan (ormas) lintas elemen di NTB sepakat turun aksi mengecam tragedi kemanusiaan ini.

Sedikitnya, 20 ormas yang terdiri atas Pemuda Nahdlatul Wathan (NW), PMII, HMI, Pemuda Pancasila, GP Anshor, hingga Pemuda Muhammadiyah tergabung dalam Aliansi Kemanusiaan Peduli Rohingya. Ketua Pemuda Pancasila NTB Lalu Wirahman mengaku, tidak rela jika warga Rohingya diperlakukan dengan keji.

"Apa yang akan kita jawab kalau Allah SWT pertanyakan kepada kita, apa yang sudah kita lakukan untuk saudaramu di Rohingya," ujar Wirahman dalam orasinya di depan Kantor Gubernur NTB, Jalan Pejanggik, Mataram, NTB, Senin (4/9).

Wirahman menuntut kekejaman yang sudah dilakukan berulang-ulang untuk segera diakhiri dan meminta Pemerintahan Jokowi-JK untuk menutup Kedubes Myanmar yang ada di Indonesia serta memanggil pulang Duta Besar Indonesia di Myanmar. Massa aksi juga mengecam sikap Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi.

"Sampaikan ke ujung dunia, panitia nobel, kalian salah menilai, kalian telah memilih pembunuh untuk menerima nobel, kami menuntut cabut nobel tersebut," kata Wirahman. 

Wirahman juga memperingatkan kepada Presiden Jokowi, Myanmar bukan teman ataupun saudara yang baik bagi Indonesia. Dia juga meminta Jokowi mengajak negara-negara lain di Asean untuk mengeluarkan Myanmar dari keanggotaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement