Senin 04 Sep 2017 13:29 WIB

Myanmar Blokir Akses Bantuan PBB untuk Warga Sipil Rakhine

Rep: Puti Almas/ Red: Agus Yulianto
Bantuan PBB (Ilustrasi)
Foto: Times of Oman
Bantuan PBB (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Pemerintah Myanmar memblokir akses bagi organisasi kemanusiaan dan bantuan yang dikerahkan oleh PBB di Rakhine. Hingga saat ini, pasokan makanan, air, serta obat-obatan yang diperlukan warga sipil akiibat konflik di negara bagian itu tidak dapat diberikan. 

Konflik di Rakhine kembali meletus pada 25 Agustus lalu, dengan terjadinya serangan di wilayah utara negara bagian itu. Sebanyak 20 pos keamanan polisi di perbatasan Myanmar dan Bangladesh yang dilaporkan mendapat serangan. 

Menurut pasukan militer Myanmar saat itu, ada ratusan orang yang diyakini oleh mereka berasal dari kelompok militan Rohingya melakukan serangan tersebut. Beberapa membawa senjata, serta menggunakan bahan peledak buatan sendiri dalam serangan itu. 

Pertempuran antara pasukan keamanan Myanmar dan penyerang kemudian terus berlanjut. Tak hanya itu, tentara negara juga melakukan operasi di desa-desa yang menjadi tempat tinggal penduduk dari etnis tersebut di sejumlah desa dan wilayah Rakhine. 

Atas konflik dan kekerasan yang terus berlanjut di Rakhine, PBB telah mencari cara untuk memberikan bantuan. Namun, akses untuk menjangkau Rakhine sejak 25 Agustus lalu, tidak dapat diberikan oleh Pemerintah Myanmar dengan alasan situasi keamanan. 

"PBB terus mencoba menghubungi pihak berwenang agar operasi kemanusiaan dapat kami lanjutkan sesegera mungkin," ujar pernyataan dari Kantor Koordinator Residen PBB di Myanmar, dilansir Asian Correspondent, Senin (4/9). 

Situasi di Rakhine sebelumnya dilaporkan semakin memburuk dengan adanya laporan pembakaran desa-desa yang menjadi tempat tinggal warga Rohingya di sana. Kelompok aktivis Human Rights Watch mengatakan banyak bangunan dan area lingkungan warga, khususnya di Maungdaw, wilayah utara negara bagian itu yang terlihat terbakar dan ditunjukkan melalui media sosial. 

Setidaknya ada 10 area yang saat itu terlihat penuh dengan kobaran api. Diyakini pasukan militer dengan sengaja melakukan tindakan keras sebagai upaya menekan kelompok militan yang diduga berasal dari etnis Rohingya. 

Hingga saat ini, 400 orang, yang kebanyakan berasal dari warga Rohingya tewas dalam kekerasan diRakhine. Sementara, puluhan ribu penduduk etnis tersebut lainnya dilaporkan mencoba melarikan diri dengan melintasi perbatasan darat ke Bangladesh. 

Selain itu juga terdapat puluhan warga Rohingya lainnya menyebrangi sungai di wilayah perbatasan menggunakan kapal darurat, namun beberapa diantaranya tenggelam. Puluhan ribu dari mereka yang berhasil melarikan diri ke Bangladesh juga disebut tiba dengan kondisi yang mengkhawatirkan. Tak sedikit yang mengalami luka parah karena tembakan yang dilepas oleh pasukan militer Myanmar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement