Senin 18 Sep 2017 12:35 WIB

Harga BBM di Korut Melonjak Tajam Pascasanksi PBB

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Dwi Murdaningsih
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.
Foto: reuters
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG - Harga bensin dan solar melonjak tajam di Korea Utara (Korut) setelah Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi baru. Dewan Keamanan dengan suara bulat mengeluarkan sebuah resolusi pada 11 September lalu, yang membatasi pasokan tahunan produk minyak sulingan dan minyak mentah ke Korut.

 Dari data pasar yang dilihat pada Senin (18/9), harga bensin yang dijual oleh dealer swasta di ibukota Pyongyang dan kota-kota perbatasan utara Sinuiju dan Hyesan melonjak menjadi 2,51 dolar AS per kg sejak 13 September. Angka ini naik sebesar 45,1 persen dari 1,73 dolar AS per kg pada 5 September.

 

Sementara harga solar juga melonjak sebesar 61,5 persen dari 1,30 dolar AS per kg menjadi 2,10 dolar AS per kg pada periode yang sama.

 

Lee Sang-yong, pakar yang mengawasi data pasar Korut mengatakan, kenaikan harga disebabkan oleh penurunan pasokan. Rezim Kim Jong-un dinilai telah melanggar penghematan bahan bakar dan kini tengah mewaspadai potensi krisis bahan bakar.

 

"Pihak berwenang Korut kemungkinan telah secara sengaja mengurangi pasokan di pasar setelah uji coba nuklir, mengingat sanksi dari Dewan Keamanan PBB akan mempengaruhi gudang mereka sendiri," kata Lee.

 

"Selain itu, pedagang yang licik akan menimbun persediaan mereka dengan harapan harga akan naik lebih jauh, sementara ada beberapa efek psikologis di kalangan warga biasa yang khawatir terhadap perang," kata dia.

 

Harga bensin kali ini merupakan lonjakan tajam sebesar 70,7 persen dan 153,5 persen dari 8 Juni dan 1 Desember lalu. Masing-masing terjadi kurang dari satu minggu setelah Dewan Keamanan mengadopsi dua resolusi terakhirnya untuk Korut.

 

Korut mendapat sebagian besar bahan bakarnya dari Cina dan beberapa lagi dari Rusia. Perwira AS dan Korea Selatan (Korsel) mengatakan Korut mengimpor sekitar 4,5 juta barel produk minyak sulingan dan dua juta barel minyak mentah setiap tahunnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement