REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Sungguh malang nasib para pengungsi Muslim Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh, kamp pengungsi mereka tersapu banjir setelah hujan deras mengguyur wilayah ini beberapa hari terakhir. Akibatnya, para pengusi Rohingya ini harus kembali berpindah ke tempat lebih aman dari genangan banjir.
Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (20/9), disebutkan wilayah Cox's Bazar telah diguyur hujan lebat 21'4 sentimeter dalam lima hari terakhir. Guyuran hujan lebat ini menimbulkan banjir parah dan kekhawatiran tanah longsor di perbukitan yang menjadi kemah para pengungsi.
Ratusan pengungsi terpaksa meninggalkan gubuk mereka di sebuah perkebunan karet pada Rabu, setelah hujan lebat dan bajir di daerah tersebut. "Kemah saya telah digenangi banjir setinggi lutut. Anak-anak menderita flu," kata seorang pria Rohingya berusia 62 tahun, Nur Mohammad yang tiba di Bangladesh bersama 16 anggota keluarganya.
Rohingya, yang sebagian besar beragama Islam, diusir oleh pemerintah Myanmar yang mayoritas beragama Buddha. Kepala hak asasi manusia PBB telah menggambarkan serangan sistematis terhadap minoritas Rohingya oleh pasukan keamanan Myanmar. PBB menyebut apa yang terjadi di Rakhine States sebagai "contoh nyata pembersihan etnis".
Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina telah mengeluarkan sebuah seruan baru untuk Myanmar untuk mengambil kembali sebagian dari Rohingya.
Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi dalam pidatonya Selasa (19/9), berjanji Myanmar akan mengambil kembali pengungsi yang telah diverifikasi.
Namun Menteri informasi Bangladesh Hasanul Haq mengatakan, pidato Aung San Suu Kyi ini 'tidak menyajikan gambaran sebenarnya' situasi yang sedang berjalan di Rakhine States terhadap Muslim Rohingya.
"Kondisi yang dia setujui untuk mengembalikan pengungsi tidak dapat diterima," katanya di Dhaka pada Rabu.
"Pidatonya juga tidak menyoroti penindasan etnis dan genosida Rohingya," tegas Hasanul Haq.
Parahnya banjir yang menggenang area kamp pengungsi Rohingya dijelaskan telah mencapai sekitar 80 kilometer, hingga daerah perbatasan antara Bangladesh dan Myanmar. Banjir ini menyapu bersih semua barang kecil pengungsi tersebut, yang kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak.