Rabu 29 Nov 2017 13:43 WIB

Trump dan Abe Sepakat Tingkatkan Kewaspadaan Melawan Korut

Rep: Marniati/ Red: Ani Nursalikah
Peluncuran rudal korut.
Foto: EPA
Peluncuran rudal korut.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sepakat meningkatkan tanggapan mereka terhadap program rudal Korea Utara. Menurut juru bicara pemerintah Jepang, kedua pemipin juga mendesak Cina berbuat lebih banyak dalam menanggapi rudal terbaru Korea Utara.

"Dalam sebuah panggilan telepon para pemimpin setuju untuk memperkuat kemampuan pencegahan kita terhadap ancaman Korut," kata wakil sekretaris kabinet Yasutoshi Nishimura, kepada wartawan setelah Pyongyang menembakkan rudal balistik antarbenua ke perairan di zona ekonomi eksklusif Jepang.

 

Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan, kedua pemimpin tidak membahas opsi militer terhadap Korea Utara. Menurutnya Jepang akan bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam menanggapi peluncuran rudal tersebut.

 

Korea Utara (Korut) kembali menembakkan rudal balistik antar benua (ICBM) yang mendarat di dekat Jepang. Pelepasan rudal ini sepekan setelah Presiden AS Donald Trump menempatkan Korea Utara kembali ke daftar negara-negara yang mendukung terorisme. Penunjukan tersebut memungkinkan Amerika Serikat menjatuhkan lebih banyak sanksi, walaupun beberapa ahli mengatakan keputusan Trump berisiko menimbulkan ketegangan di Semenanjung Korea.

 

Korea Utara telah melakukan puluhan uji coba rudal balistik di bawah pimpinannya, Kim Jong-un, yang menentang sanksi PBB. Trump telah bersumpah tidak membiarkan Korea Utara mengembangkan rudal nuklir yang bisa mendarat di Amerika Serikat.

 

"Ini adalah situasi yang akan kita tangani," ujar Trump menanggapi uji coba rudal balistik terbaru Korut.

 

Trump mengatakan peluncuran tersebut tidak mengubah pendekatan pemerintahannya terhadap Korut, yang telah menghambat perdagangan antara Cina dan Korea Utara. Washington memandang strategi itu penting untuk menghalangi Pyongyang dari ambisinya untuk mengembangkan rudal yang mampu menghantam Amerika Serikat.

 

Washington telah berulang kali mengatakan semua opsi, termasuk militer dan negoisasi dapat dilakukan untuk menghadapi Korut. Namun AS lebih menyukai solusi damai jika Pyongyang setuju menghentikan program senjatanya.

 

"Pilihan diplomatik tetap bertahan dan terbuka, untuk saat ini. Amerika Serikat tetap berkomitmen menemukan jalan damai menuju denuklirisasi dan untuk mengakhiri tindakan berperang oleh Korea Utara," ujar Menlu AS Rex Tillerson.

 

Tillerson mengatakan selain memberlakukan sanksi PBB, masyarakat internasional juga harus mengambil tindakan tambahan untuk meningkatkan keamanan maritim, termasuk hak untuk menunda lalu lintas maritim dan bepergian ke Korut. Dewan Keamanan PBB dijadwalkan bertemu untuk membahas peluncuran rudal terbaru Korut. Korut tidak memberikan indikasi pihaknya bersedia menyerahkan program persenjataannya dan kembali memasuki perundingan diplomatik.

 

Amerika Serikat dan Jepang mengatakan peluncuran Rabu dini itu tampaknya merupakan ICBM.

 

Pentagon mengatakan penilaian awalnya adalah sebuah ICBM diluncurkan dari Sain Ni di Korea Utara dan menempuh perjalanan sekitar 1.000 Km sebelum mendarat di Laut Jepang. Rudal tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi Amerika Serikat, wilayah atau sekutunya.

 

Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan ICBM kali ini lebih nyata daripada tembakan sebelumnya yang dilakukan Korut. Pemerintah Jepang memperkirakan rudal tersebut terbang selama sekitar 50 menit dan mendarat di laut di zona ekonomi eksklusif Jepang.

 

Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera mengatakan rudalnya mencapai ketinggian 4.000 kilometer. Dia menilai rudal kali ini sebagai ICBM dengan lintasan peluru yang tinggi.

 

Korut Kembali Luncurkan Rudal, Ini Respons Trump

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement